30 Okt 2014

Rasio penting dalam saham Perbankan

,
Ketika kita berbicara stock-picking, maka kita juga berbicara tentang analisa rasio. Jika saat ini anda sudah akrab dengan istilah rasio PER, PBV, RORE, ROTC dsb. Bagaimana dengan dunia perbankan? Dunia Perbankan memiliki laporan keuangan yang lebih khusus karena lebih banyak variable dalam penilaian.

Maka di dalam dunia perbankan ada beberapa tambahan rasio yang harus anda mengerti sebelum anda membuat stock-picking.

NIM atau Net Interest Margin, merupakan selisih antara bunga kredit dengan bunga deposito/tabungan. Bisnis utama bank yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan/deposito yang kemudian diolah menjadi dana kredit bagi pelaku usaha. 
Kewajiban Bank ialah memberikan bunga / bagi hasil kepada penabung sebagai pemodal. Karena hakekatnya, penabung ialah pemberi modal kepada bank untuk disalurkan ke dalam bentuk kredit usaha sehingga pemodal berhak mendapatkan keuntungan dalam bentuk bunga. 
Sedangkan hak dari bank ialah mendapatkan bunga dari peminjam kredit atau pelaku usaha. Kesimpulannya bunga pinjaman kredit merupakan pemasukan kepada Bank, sedangkan bunga tabungan+deposito merupakan kewajiban dari Bank.  Semakin besar NIM maka sebetulnya semakin bagus performa Bank tersebut, selama jumlah kredit dan jumlah tabungan naik bersamaan atau dalam batas Loan to Deposit Ratio.

NPL atau Non-Performing Loan, merupakan perbandingan antara kredit macet dengan kredit yang disalurkan. Resiko bank ialah dalam memberikan kredit itu sendiri, banyak sekali terjadi debitur yang ternyata di dalam usahanya banyak menemukan kendala sehingga pengembalian dana ke pihak bank menjadi terhambat, bahkan mandek. Itulah mengapa bank memerlukan NPL sebagai indikator seberapa jauh tingkat resiko kredit macet yang ada. Tenang saja, NPL sudah ditampilkan dalam laporan keuangan, semakin besar nilainya maka bank tersebut semakin beresiko.

LDR atau Loan to Deposit Ratio, merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang disalurkan dengan dana yang di himpun / tabungan dan deposito. Kisaran aman dari Bank Indonesia adalah 80% - 100%. Jika dibawah 80% maka bank dinilai kurang efektif dalam penyaluran kredit, dan jika diatas 100% maka bank dinilai terlalu beresiko dimana Kredit > Tabungan dan Deposito.

CAR atau Current Adequate Ratio, merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank untuk menyediakan dana bagi depositor, pengembangan usaha dan tentunya kemampuan menutup kerugian yang disebabkan resiko, contoh: kredit macet. 
BI mensyaratkan sebuah bank harus memiliki minimal 9%-9.99% dari Aset Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) . Inipun untungnya sudah disediakan di dalam laporan keuangan karena yang menghitung haruslah seorang yang faham betul akutansi.

Sebetulnya masih banyak lagi indkator-indikator rasio dalam perbankan seperti  BOPO, LRR, LLL dsb. Namun untuk menghindari pusing tingkat tinggi maka akan ditampilkan rasio penting yang diatas saja yang paling berguna dalam stock-picking saat ini.

Dari rasio diatas kita akan mulai Stock-picking salah satu saham perbankan: BBRI.

Salam Investasi

Note:
Ketika kita memutuskan untuk melirik saham perbankan, hanya empat saham yang penulis rekomendasi: BBRI, BBCA, BMRI dan BBNI. Selebihnya harap hati-hati karena meskipun di dalam laporan keuangan bagus, tapi dunia perbankan sangatlah sulit untuk di baca, cukup banyak variable yang rumit, mekanisme perhitungan antah-berantah untuk menjadikan sebuah Bank itu solid. Siapa yang mengira ketika bank Century tiba-tiba muncul ke permukaan menjadi hot news bahkan hingga saat ini? siapa yang mengenal bank Century sebelumnya? tidak ada, hanya pihak-pihak tertentu saja. Walaupun ketika itu laporan keuangan bank Century sangatlah bagus, tetap saja pihak ritel sulit melirik bank-bank seperti itu. 
So, bagi penulis yang bukan orang perbankan, melihat laporan bank selain empat bank diatas seakan berpikir: Bagaimana jika Bank Danamon, Bank Niaga, Bank Bukopin, Bank Mega dan Bank Victoria dimerger jadi satu menjadi Bank Republik??. 



Read more →

28 Okt 2014

Di bawah bayang bayang sang Analis

,
Baru-baru ini penulis cukup terkesima dengan salah satu berita di news website langganan sehari-hari. Sebetulnya beritanya cukup biasa, hanya membahas tentang analisa beberapa analis sekuritas kenapa indeks turun pada hari itu. Yang cukup lumayan membuat dahi berkerenyit ialah judulnya :

"Analis: Bukan kabinet impian, indeks menuju 5.015"

Disitu juga tertulis bahwa karena kabinet kerja Presiden Joko Widodo ternyata bukan kabinet The Dream Team maka terjadi sentimen negatif dalam negeri sehingga terjadi aksi jual / profit taking yang mengakibatkan indeks menjadi turun dalam.

Analis, kata yang memiliki arti sama dengan namanya, yaitu orang yang bekerja untuk memberi analisa / pemikiran terhadap aksi-reaksi atas sebuah situasi dengan melakukan riset terlebih dahulu.

Seringnya hal yang muncul ialah, analis terlalu terbiasa memberikan pernyataan tanpa riset yang lebih mendalam dan terutama pada pendetailan teknis. Bukannya analisa selalu di dasarkan teknis, riset data dan fakta? Jika mengutamakan subjektifitas tanpa riset data dan fakta, bagi penulis bukan analis namanya, tapi komentator atau bahasa kerennya: Pengamat.

Penulis bukan sengaja menulis ini karena berpihak pada salah satu kubu pemerintah, tapi tergelitik karena berita ini sudah menimbulkan pertentangan kembali di dunia nyata. Kawan satu berkata "tuh kan karena Joxxxi presidennya, kabinetnya tidak bisa handle IHSG", yang satu lagi berkata sebaliknya dan terus berulang. Hal yang menjadi ulangan kejadian ketika masa kampanye.

Yes, media sukses memutarbalikkan info tanpa data sehingga membuat perpecahan kembali. Sangat menyedihkan.

Lalu apa faktanya:

IHSG sudah naik tinggi ketika terjadi harapan akan presiden yang baru, psikologis market tentang "harapan" sudah terjadi. Harapan lah yang menggerakkan pasar naik dan turun. Harapan bagus, indeks naik tajam, harapan kurang bagus, indeks turun. Lalu apakah selalu seperti itu? Penulis bisa katakan tidak.

Perhatikan fakta chart IHSG berikut:
Klik untuk memperbesar
Lalu bandingkan dengan psikologis market berikut:

Klik untuk memperbesar
Faktanya, IHSG sudah mencapai titik tertingginya di tahun ini, secara psikologis koreksi market amat sangat wajar dan memang diperlukan. Koreksi terhadap "harapan" tadi adalah mutlak diperlukan untuk menjaga indeks tetap berada dalam jalurnya. Tingkat GDP kita menurun, rupiah terhadap dollar seperti roller coaster, bahkan menyentuh 12.500 rupiah / dollar, indeks regional di luar negeri pun tidak menentu. So, lalu IHSG dibiarkan rally terus tanpa henti? Justru rally nya IHSG di tahun ini seperti Indonesia sedang dipermainkan asing, karena pergerakan indeks tidak mencerminkan kondisi riil ekonomi. 

Gerakan yang seperti sengaja diciptakan untuk menciptakan kondisi harapan yang over optimis, kondisi greedy bagi semua orang sehingga terjadilah apa yang dinamakan bubble. Kemudian tinggal menunggu bubble itu pecah, lalu terjadilah crash market. Silahkan membaca : Crashmology
So, alangkah sempitnya jika penurunan IHSG ini dikaitkan dengan pembentukan kabinet kerja yang tidak sesuai pasar. Pertanyaan mendasar ialah: Pernahkan sang analis mewawancarai salah satu investor? atau trader? atau apapun sebutannya?, atau minimal melakukan riset terhadap data di lapangan sehingga pernyataan tersebut keluar?. 

Kenapa penulis cukup keras untuk tidak setuju. Pertama, kabinet baru saja dibentuk belum ada seminggu!, alangkah mentah nya menilai "ini bukan Dream Team" tanpa melihat kinerjanya terlebih dahulu. Kedua "ini bukan Dream Team" tentulah hal yang sangat subjektif karena pernyataan berdasarkan personal para menteri yang sebelumnya banyak tidak dikenal publik. Lebih baik kita bersikap realistis terhadap kondisi market daripada membuat pernyataan yang membuat tidak nyaman. 

Pesimis terhadap kabinet boleh boleh saja, bahkan bagus sebetulnya karena IHSG akan terkoreksi cukup baik, dan membuat terbukanya kesempatan bagi penulis untuk berbelanja. So...

Sekali lagi, IHSG mutlak dibutuhkan koreksi dan hal yang wajar jika terjadi penurunan akhir-akhir ini bahkan hingga akhir bulan. Justru di bulan - bulan inilah saatnya mengatur portfolio, sediakan kas yang cukup untuk menyambut tahun baru dan Natal, dimana di saat-saat itulah window dressing terjadi.

Analisa adalah perlu, namun dengan data dan fakta. Analis bukan dewa, kitalah yang tentukan nasib kita di  pasar.

Salam Invest!

Penulis 
Read more →

27 Okt 2014

Misi Presiden Joko Widodo: INFRASTRUKTUR!

,
Presiden dan Wakilnya telah di lantik

Arak-arakan bagai mengantar Raja Hayam Wuruk ke pendopo kerajaan, dimana Mahapatih Gajah Mada dengan tangan terkepal tetap waspada di balik Bale Maguntur

Menteri dan kacung juga telah dilantik..menebar pesona dan wangi kembang pora yang riuh

Padahal derasnya keringat dan tanggung jawab bertebaran di dahi mereka. Hanya kita tidak lihat, hanya mereka yang merasakan

Sekarang pesta telah usai..meninggalkan sampah bertebaran di alun alun Ibukota

Juga cocot bacot para pemikir dan yang disebut pengamat atau analis, semakin liar, namun juga semakin kosong isi nya.. 

Harapan dan doa terus bersamamu, seperti kami yang mengawalmu di tengah arak-arakan Senin lalu..

Jakarta 26 Oktober 2014

Misi Kelima

Penulis mencoba mencuil misi kelima dari enam misi yang Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla ketika mereka kampanye:

Di bidang infrastruktur, Jokowi menyoroti masih kurangnya pengembangan infrastruktur di laut, pengembangan bandara, maupun penambahan jalur kereta api. Untuk infrastruktur laut, ia menilai, jika dapat dimaksimalkan, maka ke depannya tidak ada lagi ketimpangan harga antara daerah yang satu dengan yang lain.


Ia mengistilahkan konsep pembagunan infrastruktur laut yang akan ia lakukan dengan istilah "tol laut". Menurutnya, tol laut adalah penyediaan kapal-kapal berukuran besar untuk pengangkutan antarpulau dalam waktu yang sesering mungkin.

 "Jadi tol laut ini modalnya hanya kapal. Bukan bangun tol di atas laut. Jadi tol laut itu pengangkutan pakai kapal dari pelabuhan ke pelabuhan, tapi bolak-balik. Ini akan mempermudah manajemen distribusi logistik, sehingga harga-harganya akan lebih murah," kata Jokowi.  Sumber: Okezone


Jokowi-JK menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 7%/tahun selama kepemimpinannya sampai tahun 2019. Untuk mencapai angka pertumbuhan 7% ini, dibutuhkan investasi infrastruktur setidaknya sebesar Rp 6.500 triliun di mana hanya 25% atau berkisar Rp 1.638 triliun kebutuhan investasi dapat disediakan dari APBN.

Merdeka.com - Presiden dan wakil presiden terpilih Jokowi - Jusuf Kalla memandang perlunya model pendekatan baru dalam mengelola infrastruktur nasional. Ragam pendekatan tersebut antara lain pertama, infrastruktur harus dipandang secara holistik tidak hanya berhenti pada instrumen pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga berkaitan dengan dimensi pemerataan, lingkungan dan sosial yang berkelanjutan.


"Kedua, pembangunan infrastruktur harus melibatkan semua sektor dan tidak parsial. Ketiga, perencanaan pembangunan infrastruktur perlu mempertimbangkan konektifitas nasional yang berbasis maritim," ujar Deputi Transisi Jokowi-JK, Akbar Faizal dalam rilis yang diterima merdeka.com, Kamis (21/8). Sumber: Merdeka


Infrastruktur dan Infrastruktur. Target kedepan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla adalah Infrastruktur: Infrastruktur Maritim, Infrastruktur Kereta Api, Infrastruktur Pembangunan Energi Terbarukan, Infrastruktur Udara, Infrastruktur Darat dan Infrastruktur Birokrasi Administrasi.

Melihat kebutuhan dan target pertumbuhan kedepan, sudah layaklah jika saham-saham sektor pembangunan infrastruktur fisik menjadi koleksi porfolio kita. Apalagi jika melihat Kabinet yang bekerja di dalam aspek infrastruktur cukup optimis di isi oleh Menteri yang pekerja keras.

WIKA, WASKITA, ADHI, PP, APLN, TLKM, PGAS, JSMR, EXCEL, PWON, MDLN, WTON, TRMA, WINS, dan sebagianya..??

Sumber: CIMB

Buka excel anda sekarang dan saatnya kita STOCK-PICKING!!!

Salam Invest!
Penulis



Read more →

26 Okt 2014

Cara sederhana menilai MOAT di dalam dunia saham

,
Moat, dalam bahasa Indonesia berarti parit. Jaman dahulu pembangunan parit merupakan salah satu strategi dari Kerajaan untuk melindungi Kerajaannya dari musuh jika dalam keadaan bahaya, semakin lebar parit tersebut semakin sulit musuh untuk bisa memasuki area Kerajaan, apalagi jika lebar parit tersebut melebihi jangkauan kuda, hampir dipastikan musuh harus bekerja double extra keras untuk bisa menembus Kerajaan. 
Dengan kata lain, semakin lebar parit semakin besar peluang Kerjaan tersebut untuk bisa mempertahankan posisi keunggulan Kerajaan.

Parit di sekeliling Kastil Kerajaan

Dengan analogi tersebut, Warren Buffet menggunakan kata MOAT sebagai ukuran keunggulan kompetitif perusahaan didalam dunia bisnis. Sama seperti parit yang semakin lebar semakin menguntungkan Kerajaan, keunggulan kompetitif perusahaan yang semakin lebar akan membuat semakin sulit para pesaingnya untuk melampaui, bahkan jika hanya sekedar menyamai.

Lalu bagaimana kita bisa menilai sebuah MOAT perusahaan yang sepertinya cukup subjektif penilaiannya? Penulis memiliki cara sendiri menilai moat perusahaan, pertama adalah dengan analisa kemungkinan kebangkrutan (bankcrupt probability) dengan Altman Z-Score karena menurut penulis jika perusahaan memiliki kemungkinan kebangkrutan yang di nilai aman, maka perusahaan memiliki kans bertumbuh dan berkembang dengan lebih mudah dan aman. Salah satunya adalah free cash flow yang positif, DER yang dibawah 1 dan net working capital yang positif. 

Hal kedua yang akan penulis bahas sebagai cara termudah dan sederhana dalam menilai MOAT adalah dengan melihat brand awareness atau keunggulan merek. Seperti yang penulis coba kutip: Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian (Setiadi, 2003: 180)

Untuk itu penulis melakukan studi kecil-kecilan nan sederhana terhadap jumlah penjualan harian empat merek obat pusing dan flu terpopuler yang diproduksi oleh dua perusahaan yang listing di bursa. Yang memang keduanya bersaing semenjak dahulu, yaitu Tempo Scan Pasific (TSPC) dan Daria Varia (DVLA) dengan masing - masing produknya: Bodrex, Oskadon (TSPC) dan Neozep, Decolgen (DVLA).

Studi dilakukan dalam 5 hari (Rabu - Minggu) di 5 toko yang berbeda, 2 lokasi Alfamart dan 2 lokasi Indomart di area Pondok Bambu hingga Raden Inten, Duren Sawit Jakarta Timur. Studi ditujukan untuk menilai brand awareness ke empat produk untuk hasil di tahun 2014.

Hasilnya sebagai berikut:


Bisa disimpulkan, dengan cara yang sederhana ini Bodrex memimpin pasar penjualan obat pusing dan flu di daerah Pondok Bambu, Duren Sawit. Lalu apakah penelitian ini mewakili seluruh pangsa pasar? untuk validasi penelitian kita membandingkan langsung dengan tingkat penelitian teratas yang dilakukan oleh Majalah Marketing dan Frontier Consulting Grup di dalam Top Brand Award (klik untuk detail)


Hasil dari Top Brand Award menunjukkan Bodrex Flu dan Batuk adalah merek teratas dalam kategori Obat Flu dan juga merek teratas dalam kategori Obat Sakit Kepala. Bandingkan dengan merek Neozep dan Decolgen yang ada di peringkat 5 dan 6 untuk kategori Obat Flu dan tidak masuk sama sekali di dalam kategori Obat Sakit Kepala. Di runut kebelakang, ternyata hasil ini tidak berbeda jauh dengan hasil Top Brand 2013.

Dari hasil ini, kita bisa menyimpulkan bahwa di tahun 2013-2014 Tempo Scan Pasific lebih mampu untuk meningkatkan kekuatan merek Bodrex nya untuk bisa bertahan 2 tahun berturut-turut merajai pangsa pasar obat flu dan batuk juga obat sakit kepala sehingga TSPC bisa kita simpulkan memiliki MOAT yang lebih lebar dibanding pesaingnya dalam 2 tahun ini dan berpotensi untuk mempertahankan di tahun-tahun berikutnya. 

Yang perlu kita ingat bahwa pangsa pasar obat flu dan batuk fungsi dan kandungannya tidak jauh berbeda antar masing-masing merek, karena hasil dari obat-obat tersebut tergantung dari kondisi dan kecocokan antar individu. Sehingga brand awareness murni diciptakan atas asas persaingan merek, penguatan sisi marketing, iklan dan promo.

Dengan penelitian yang sederhana ini, anda semua bisa memperkirakan apakah perusahaan yang anda pilih sahamnya saat ini sudah memiliki MOAT yang baik, coba sekali sekali pergi ke Alfamart atau Indomart ataupun Giant dan Carrefour lalu adakan survey ke pembeli, lebih prefer mana antara snack Taro atau Chitato, sabun mana yang lebih laku antara Lifeboy dan Pantene. Ataupun survey di kompleks anda merek mobil atau motor yang paling banyak, lalu cari nama distributor dan pembiayaan merek motor tersebut.

Dari hal sederhana ini, anda semua bisa memperkirakan MOAT atau keunggulan kompetitif perusahaan tersebut, selanjutnya hasil penelitian anda bisa anda pakai untuk meningkatkan keyakinan anda sebelum melakukan stock-picking dan juga valuasinya.

Selamat mencoba

Salam Invest!
Penulis     


Read more →

22 Okt 2014

Ekadharma International (EKAD) - Murah tapi bukan Murahan

,
Penulis tertarik menganalisa saham ini karena hal unik yang pernah di jabarkan oleh Peter Lynch sebagai "Lihatlah sekeliling anda" dan itu terjadi. Dimulai ketika penulis sedang membantu istri mengepak barang-barang dagangan untuk order perhiasan. Karena barang yang di packing perlu pengamanan extra (fragile) maka selotip yang di gunakan pun cukup banyak hingga akhirnya habis dan penulis harus pergi ke warung untuk membeli baru, tiba-tiba istri berkata supaya membeli tape-nya jangan di warung tapi di toko material, alasannya karena beda kualitas
Beda kualitas? penulis yang tidak pernah mengamati jenis selotip mendadak penasaran, istri sebagai pengguna utama (pedagang-red) jelas lebih paham mana tape yang bagus. Dan pilihanya jatuh kepada merk DAIMARU. Setelah membeli akhirnya penulis bertanya langsung ke penjual material tadi mana tape yang paling laris, jawabannya pun sama hingga akhirnya pun penulis coba menelusuri siapa kah gerangan sang produsen merek ini, yang telah membuat istri penulis jatuh cinta.

Sang produsen bernama PT Ekadharma International, Tbk (EKAD) yang telah berdiri sejak tahun 1981 atau lebih dari 30 tahun lalu dan sejak awal memang berkonstrasi dalam memproduksi tape adhesive, lakban, dan sejenisnya untuk berbagai keperluan dari stationary hingga manufaktur dengan merek andalan yaitu Daimaru dan Superfix. Produk-produk tersebut telah terbukti sebagai produk terlaris di Indonesia dengan mendapat slogan SUPERBRAND 2013. Sangat menarik karena melihat kompetitor di area ini cukup beragam, margin yang di hasilkan tentunya tidak bisa sangat besar dan tentunya tidak ada iklan khusus lakban! Tapi ternyata, konsumen pengguna sudah mengenal produk ini karena kualitasnya (contohnya istri saya tadi). So mari kita lihat screening-nya.

Revenue / Pendapatan, Ekuitas dan Laba Bersih. 

Tiga hal penting yang menjadi indikator pertumbuhan perusahaan ini ternyata selalu meningkat setiap tahun, termasuk pada kuartal 2 2014 ketika tulisan ini dibuat. Walaupun laba perusahaan ini bisa bergerak mengikuti fluktuatif rupiah dan dollar diakibatkan pembelian bahan baku yang harus import, namun manajemen memasukkan laba jenis ini kedalam laba komprehensif sebagai pendapatan atau beban diluar usaha sehingga tidak mempengaruhi laba bersih keseluruhan. 


ROE

Rata-rata ROE EKAD dalam 6 tahun terakhir adalah 18.32%, sangat bagus untuk perusahaan dengan pasar yang tidak terlalu massal. Pertumbuhan labanya sendiri rata-rata dalam 6 tahun terakhir adalah 61.53%, tanpa ada penurunan atau negative value. Analisa yang kurang baik ialah, ROE cenderung menurun dalam 3 tahun terakhir bukan dikarenakan laba  yang turun, melainkan ekuitas yang terus membesar linear dengan laba dan pendapatan sehingga ada kecenderungan perusahaan terlalu bermain aman, tidak melakukan ekspansi, minim dalam aksi korporasi dan terlalu sedikit membagi dividen kepada investor.

Rasio Hutang

EKAD memiliki ratio hutang berbanding ekuitasnya adalah 0.27 pada akhir 2013 dan hingga akhir tahun ini diprediksi angka DER hanya di kisaran 0.20-0.25 saja.  Sangat kecil, ini menandakan bahwa posisi keuangan betul-betul kuat.
4. Free Cash Flow dan Net Current Asset Value  
Dari Balance sheet didapat:

A. Free Cash Flow (FCF) = Operating Cash Flow - Capital Expenditure
EKAD memiliki FCF yang  positif bahkan bisa diatas 15% dari belanja modalnya, ini bisa disimpulkan bahwa perusahaan memiliki manajemen yang cukup handal dalam mengelola rasio keuanganya. Dalam kata lain, hemat.

EKAD memiliki angka NNWC (modal kerja bersih) yang cukup besar, yaitu 34 milyar rupiah, lebih besar dari hutang jangka panjangnya dan juga lebih besar dari Capex nya dengan selisih sebanyak +- 11 milyar. Artinya sebetulnya EKAD masih punya keleluasaan yang cukup untuk menambah aset (beli mesin baru, bangun pabrik tambahan dll). 
Note: Anda perlu berfiikir ulang jika NNWC < CAPEX, karena artinya perusahaan bakal nombok untuk menambah aset tetap (mesin, bangun pabrik, dsb). Jika tetap dipaksakan maka perusahaan harus menambah cash tambahan entah dengan menambah hutang atau right issue.

C. Current Ratio = Current Asset / Current Liabilities
Current Ratio seperti yang diperkirakan senilai 2.41 atau >1, artinya EKAD memiliki ratio yang sangat baik antara aset lancar dengan hutang lancarnya. Investor tidak perlu khawatir soal resiko hutang yang dimiliki. 

Valuasi Saham

1. PER EKAD sebesar 6.05x, atau memiliki potential return sebesar 16.52%, jauh diatas BI rate 7.5%, bisa dikatakan PER EKAD diharga saat ini adalah murah. 

2. PBV EKAD sebesar 1.20x, atau sudah di bawah 2x (syarat untuk middle company), artinya PBV EKAD pun dalam kategori murah.

3. Earning Predictability (rata-rata pertumbuhan laba) selama 6 tahun EKAD sebesar 61.53% dengan kenaikan terbesar ketika tahun 2009 yaitu 257%. Dan memang untuk perusahaan yang tidak neko-neko seperti EKAD ini, mayoritas kenaikan laba disebabkan oleh naiknya jumlah penjualan, naiknya harga jual dan kondisi pasar itu sendiri.

4. Hasil evaluasi seperti dibawah ini:
Klik untuk memperbesar
5. Hasil seperti yang diduga, saham EKAD memilik margin of safety yang begitu besar hampir 200%. Cukup besar sehingga membuat penulis harus berfikir ulang untuk berinvest, apakah EKAD betul-betul murah yang murahan?atau memang EKAD murah yang berkualitas? Kita cek ke arah bankcrupt probability Altman Z-Score.

6. Nilai Altman Z-Score  = 4.09. Angka sudah lebih dari 2 (>200%), artinya perusahaan betul-betul aman dari kebangkrutan dan memiliki prospek jangka panjang yang sangat baik.

Nilai Akhir saham EKAD
Overall result EKAD
Sehingga kesimpulan penulis melihat EKAD ini kita tidak bisa hanya melihat hanya dari murahnya saja, namun harus melihat ke pos keuangannya. Apakah aman? memiliki cash yang cukup? current ratio>1? Net Workng Capital yang > Capex?. Jika jawaban ya, maka selanjutnya kita harus lihat ke arah perkembangan kinerjanya, jika terus bertumbuh antara revenue, laba, ekuitas dan juga ROE nya maka EKAD layak untuk menjadi target Investasi.


Salam Investasi
Read more →

21 Okt 2014

Tempo Scan Pasific (TSPC) - The Sleeping Giant (2)

,
Melanjutkan postingan sebelumnya di Tempo Scan Pasific (TSPC) - The Sleeping Giant (1), penulis sudah membahas rasio kinerja dan keuangan TSPC yang masuk dalam kategori AAA+ atau SSS (Super Sehat Sekali), sayangnya saham TSPC ini tidak likuid dan kurang volatile terhadap perkembangan isu isu terbaru. 
Tapi bagi banyak teman penulis yang seorang Investor sejati, ketidakvolatilan saham TSPC ini memiliki arti yang cukup baik, artinya jika selama Tempo Grup mampu berkinerja seperti yang saat ini, kita tinggal menghitung berapa nilai yang layak untuk membeli sahamnya, tidak peduli isu apa yang berkembang saham TSPC tetap merupakan saham yang cukup aman dikoleksi apalagi setelah efek penurunan nilai sahamnya.

Mari kita lihat valuasinya saat ini:

1. PER TSPC sebesar 13.70x (disetahunkan) di harga saham saat ini sekitar 2520 rupiah, angka ini adalah angka yang cukup murah jika dibandingkan dengan KLBF dan KAEF yang rata-rata sekitar 35-40x. Jika dibalik, TSPC memiliki Rate of Return sebesar 7.30%, sedikit dibawah BI rate yang sebesar 7.5%. 

2. PBV TSPC tercatat sebesar 2.88x, walaupun lebih dari 2x (yang artinya mahal) namun PBV senilai ini masih jauh lebih murah dibanding dua kompetitornya diatas yang sekitar 3.8x dan 8.64x.

3. Earning Predictable (berdasarkan rata-rata pertumbuhan laba) selama 6 tahun, EP TSPC sebesar 17.81%, angka yang sudah melebihi angka yang dipakai Benjamin Graham sendiri yaitu sebesar 15%. Maka kita akan pakai angka 17% sebagai faktor prediksi pertumbuhan perusahaan kedepan.

4. Hasil valuasi seperti di bawah ini:
Klik untuk memperbesar
5. Hasil: Cukup mengejutkan karena TSPC memiliki margin of safety (MOS) yang sangat bagus, lebih dari 40%, artinya saat ini saham TSPC sedang terdiskon hampir 1/2x lipatnya!! Melihat saham TSPC ini seperti melihat sebuah Mercedez S-Class yang sedang promo banting harga 48%!.
Penulis melihat penurunan saham TSPC ini sebagai peluang untuk memulai berfikir masuk ke saham ini.

6. Altman Z-Score, kami gunakan sebagai pertimbangan kemungkinan kebangkrutan (bankcrupt probability) dan melalui rumus yang ada di dapat Altman Z-Score, TSPC memiliki angka 4.62 atau diatas 2. Artinya TSPC merupakan perusahaan sangat sangat aman terhadap kemungkinan kebangkrutan sehingga MOAT atau propek jangka panjang TSPC mendapat nilai tertinggi.

Rumus Altman Z-Score ialah:
Z = 1.2T1 + 1.4T2 + 3.3T3 + 0.6T4 + 0.99T5
Dimana:
  • T1 = Modal Kerja / Total Aset
  • T2 = Laba Ditahan / Total Aset
  • T3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) / Total Aset
  • T4 = Nilai Pasar Ekuitas / Total Nilai Buku Libilitas
  • T5 = Penjualan / Total Aset

6. Hasil Keseluruhan.
Hasil keseluruhan berdasarkan valuasi saham dan rasio keuangan menghasilkan TSPC adalah perusahaan yang sangat solid, manajemen keuangan yang baik, memiliki prospek jangka panjang yang aman (MOAT) dan mempunyai peluang di saat ini untuk mendapatkan target safety value yang sangat baik.

Overall result TSPC

Salam Investasi

Note: (Di sektor consumer goods, jika TSPC adalah Mercedez, maka UNVR adalah Bentley)








Read more →

19 Okt 2014

Tempo Scan Pasific (TSPC) - The Sleeping Giant (1)

,
Tempo Scan Pasific dikenal luas oleh masyarakat Indonesia sebagai produsen farmasi dan kosmetik atau disebut juga Consumer Goods yang telah berdiri sejak tahun 1953 artinya sudah 61 tahun perusahaan ini ada diantara kita dengan dinamikanya sehingga Tempo Scan Pasific sangat pantas disebut perusahaan mapan dan mature.

Siapa yang tidak kenal merek-merek dibawah ini:


Hampir seluruh merek-merek tersebut pernah kita konsumsi sewaktu-waktu atau setidaknya kita pasti hampir setiap hari melihat iklannya bersliweran di televisi ataupun radio. TSPC adalah perusahaan mature yang mampu menjaga kualitas merek dan penjualan. Terbukti pada angka revenue yang selalu meningkat setiap tahunnya dengan kondisi keuangan yang cukup stabil. Jika kita bandingkan dengan UNVR memang pendapatan TSPC masih cukup jauh dikarenakan TSPC merupakan produk pelayanan kesehatan yang dipakai sewaktu-waktu, bukan barang konsumsi sehari-hari seperti layaknya UNVR.

Namun, penulis tertarik melihat TSPC setelah sekilas melihat Pendapatan, Arus Kas Bebas dan Aset bersih nya berbanding dengan pergerakan sahamnya. Karena beberapa waktu ini, nilai saham TSPC turun cukup dalam sekitar -27.92% selama periode 1 tahun sejak Oktober 2013 sehingga sahamnya cukup menarik untuk dilirik. Apakah TSPC masuk ke dalam kriteria Srimaya, mari kita lihat:

1. Revenue / Pendapatan, Ekuitas dan Laba Bersih. 
Perusahaan sebesar Tempo Grup memang kurang bisa diharapkan akan adanya manuver atau gebrakan yang signifikan dalam proses bisnisnya melainkan cukup hanya dengan mempertahankan merek, kualitas dan launching produk baru. Namun ternyata pendapatan TSPC selalu meningkat setiap tahunnya dan setia diikuti oleh ekuitas dan juga laba bersihnya. Khusus untuk laba bersih, laba TSPC meningkat dengan rata-rata 17,81% dalam 6 tahun terakhir.


 2. ROE. Return of Equity 
TSPC memiliki rata-rata ROE 54.13% dalam 6 tahun terakhir. Ini menunjukkan TSPC adalah perusahaan besar yang cukup agresif. Agresif disini bukan dalam hal diversifikasi tetapi lebih kepada penguatan brand dan peluncuran produk baru. Produk baru yang diluncurkan baru-baru ini ialah Vidorant Xmart, susu formula untuk anak-anak. (hasil survey menunjukkan anak-anak di kompleks penulis 100% - 12 dari 12 - suka akan rasanya)
3. Rasio Hutang (DER) 
Rasio hutang lancar TSPC merupakan rasio terkecil dibanding perusahaan consumer goods lainnya, hanya 0.15x berbanding Ekuitasnya. Ini jelas menggambarkan TSPC memiliki dana yang kuat untuk bertumbuh, tidak tergantung dari hutang.

4. Net Current Asset Value dan Free Cash Flow
Mulai saat ini penulis mulai memasukkan unsur NCAV dan FCF sebagai bagian dari metode pemilihan saham (stock-picking) untuk menentukan tingkat jaminan kesehatan perusahaan terhadap cash flow nya.
Data Balance Sheet berikut ini (didapat dari Laporan Keuangan Kuartal 2 - atau lihat di :


Di dapatkan tingkat rasio sebagai berikut:


A. Free Cash Flow (FCF) = Operating Cash Flow - Capital Expenditure
TSPC memiliki Free Cash Flow yang positif atau 9.77% berbanding belanja modalnya. Angka positif ini saja sudah menunjukkan keuangan yang sehat, apalagi jika FCF bisa lebih besar dari hutang lancarnya.
B. Net-Net Working Capital = (Cash & Equivalent+Short Investment)+(75%xTrade Receivables)+(50%xInventory)-(Total Liabilities)
TSPC memiliki angka NNWC (modal kerja bersih) = 1,319 trilyun rupiah (positif), atau setara dengan 450.93 rupiah per lembar saham. Angka tersebut masih jauh dibawah harga sahamnya sendiri yaitu kisaran 2500 rupiah atau sekitar 4.88x modal kerja bersih per saham. Ini menunjukkan harga saham TSPC di ekspektasi lebih tinggi oleh pasar dibanding modal kerja bersihnya namun ini bukan patokan saham tersebut murah atau mahal karena tidak mempertimbangkan nilai buku dan tentunya juga ekuitas yang merupakan dasar kepemilikan suatu saham.
Angka NNWC yang negatif berarti hutang dan kewajiban perusahaan lebih besar daripada pemasukan ditambah piutang dan persediaan barangnya.
C. Current Ratio = Current Asset / Current Liabilities
Current Ratio angkanya harus mutlak lebih dari 1, yang menandakan bahwa perusahaan memiliki aset lancar yang lebih besar dari kewajiban lancarnya sehingga dalam jangka waktu pendek, perusahaan memiliki jaminan pembiayaan yang lebih safe terhadap likuiditas hutang. Metode ini sangat cocok diterapkan kepada perusahaan tipe consumer goods atau direct selling ke konsumen dimana pembeli melakukan pembelian langsung bayar dan sistem yang sama juga diterapkan ke pemasok.
Namun tipe ini tidak cocok diterapkan ke perusahaan utilitas / infrastuktur karena perusahaan semacam itu memiliki beragam metode pembayaran, yang intinya pembayaran memiliki jangka waktu (invoice) berdasarkan progress ataupun milestone kepada vendor atau subkontraktor sehingga dalam jangka waktu pendek kewajiban lancarnya pasti cukup besar.

Melihat rasio keuangan di atas, TSPC dapat disimpulkan merupakan perusahaan yang sehat, besar, dan aman. Walaupun sebenarnya perusahaan tidak terlalu agresif di dalam pengembangan bisnis namun ternyata cukup agresif dalam mempertahankan produknya dan melakukan pengembangan secara sales marketing.

Setelah lulus screening kami tahap pertama, lalu bagimana valuasi sahamnya? silahkan dilanjutkan ke Tempo Scan Pasific (TSPC) - The Sleeping Giant (2)

Salam Invest
Penulis

Read more →

18 Okt 2014

Cash Flow - Jaminan Kesehatan Perusahaan

,
Metode Cash Flow (Cash Flow Method) adalah salah satu metode valuasi saham dengan melihat kesehatan keuangan perusahaan, apakah perusahaan memiliki arus kas yang cukup baik untuk melaksanakan operasionalnya dan juga hutang yang dapat di tolerir sehingga dapat terus memberikan keuntungan bagi perusahaan dan bagi pemegang saham tentunya.



Itulah mengapa Metode Cash Flow bagi penulis merupakan penentu Jaminan Kesehatan Perusahaan, karena dengan metode inilah kita dapat secara mudah dan cepat menilai apakah perusahaan yang akan kita beli sahamnya memiliki kondisi keuangan yang baik ataukah sebaliknya.

Mari kita lihat laporan keuangan salah satu perusahaan raksasa di sektor consumer : Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP):


Secara singkat Arus Kas dapat dibagi menjadi tiga bagian:

1. Arus Kas dari Aktifitas Operasi, Arus Kas yang di peroleh dari aktifitas pendapatan dari penjualan produk dan bunga di kurangi pengeluaran selama aktifitas berlangsung diantaranya pembelian barang dan bahan baku dari produsen, pembayaran gaji karyawan, pajak, bunga dan lain-lain.

2. Arus Kas dari Aktifitas Investasi, disebut juga Capital Expenditure (CAPEX) atau belanja modal. Belanja modal dibagi menjadi dua, pertama yaitu penambahan aset seperti pembelian lahan, pembangunan pabrik baru, pengadaan mesin produksi, pembelian armada dll yang digunakan sebagai sarana produktif, dan yang kedua adalah penambahan modal asosiasi.
Arus Kas ini haruslah lebih kecil dari Kas Operasi, jika lebih besar artinya ada masalah pada Kas Operasi, seperti adanya kenaikan harga bahan baku, meningkatnya beban gaji karyawan dan sebagainya yang harus diteliti lebih lanjut.
Selisih antara Kas Operasi dengan CAPEX disebut juga dengan Free Cash Flow atau Arus Kas BebasSemakin besar Free Cash Flow maka semakin besar pula dana yang bisa dicadangkan oleh perusahaan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan ataupun dalam membayar hutang jangka pendek.

3. Arus Kas dari Aktifitas Pendanaan, yaitu kas yang dihasilkan dari beragam pendanaan seperti hutang bank dan juga setoran modal oleh pemodal non pengendali yang juga bisa digunakan untuk aktifitas-aktifitas produktif lainnya.

Kita lihat, ICBP memiliki Arus Kas Operasi yang positif, dimana pemasukan dari penjualan produknya lebih besar daripada pengeluaran kepada pemasok dan juga gaji karyawan. Hal ini adalah sinyal kuat untuk perusahaan consumer goods bahwa perusahaan memiliki penjualan yang sangat bagus dengan pengendalian biaya yang juga kuat.

Bagaimana dengan CAPEX, kita lihat bahwa pembiayaan modal digunakan untuk pembelian aset tetap, dan kemudian pemberian modal kepada anak perusahaan (entitas asosiasi) yang mana keuntungan dari anak perusahaan biasanya mempengaruhi keseluruhan posisi keuangan perusahaan tersebut.

Terakhir adalah Free Cash Flow. Rumus Free Cash Flow = Kas Operasi - CAPEX
Dan Free Cash Flow didapat sebanyak 802 milyar rupiah atau setara 74.50% dari belanja modalnya.

Dari ketiga hal tersebut bisa kita simpulkan bahwa ICBP dikategorikan perusahaan yang sehat dan kuat secara financial, mampu memenuhi belanja modal dan juga sangat dimungkinkan perusahaan memiliki ruang yang cukup besar untuk expansi dan men-sejahterakan karyawannya.

Kami mulai saat ini akan sangat mempertimbangkan kesehatan keuangan perusahaan terutama Free Cash Flow setiap perusahaan yang akan valuasi sahamnya sebagai bagian strategi bottom-up stock picking

Salam Investasi
Read more →

12 Okt 2014

Net-Net Value: Cara lain menentukan Perusahaan yang Efisien

,
Net-Net Value adalah salah satu cara untuk mencari saham perusahaan yang di jual di bawah nilai aktiva bersihnya (Net Current Asset Value), atau dengan kata lain Perusahaan tersebut memiliki modal yang efisien untuk digunakan membiayai aktifitas operasinya. Sebaliknya, perusahaan yang tidak efisien adalah perusahaan yang menggunakan sebagian besar modal (kas, persediaan dan piutang) untuk membayar hutang-hutangnya alih-alih digunakan sebagai aktifitas operasi.

Net-Net Value di gunakan oleh Benjamin Graham untuk mencari saham-saham dengan neraca keuangan yang efisien, mungkin saja Ben Graham masih kurang puas jika hanya melihat perusahaan dari sisi murahnya saham. Buktinya memang strategi ini cukup ampuh digunakan di masa-masa itu karena perusahaan kebanyakan masih dalam pertumbuhan dan ada faktor ketakutan perusahaan akan hutang akibat trauma crash market yang terjadi kala itu (1929). Silahkan baca: Crashmology

Bagaimana untuk dengan saat ini? Ada, tetapi hingga saat ini penulis belum cukup untuk menilai satu demi satu neraca keuangan setiap perusahaan. Memang cukup banyak perusahaan yang memiliki rasio hutang yang rendah - di bawah 50% dari ekuitas - tetapi tidak cukup rendah untuk dibandingkan dengan harga sahamnya, ya tentu saja optimisme pasar sudah mengerek harga saham itu sedemikian jauh sehingga melewati neraca aktif bersihnya.

Lalu bagaimana cara pehitungannnya?. Kita akan ambil contoh satu perusahaan bagus dengan ratio hutang yang cukup baik yaitu Tempo Scan Pasific (TSPC). Berikut laporan keuangan kuartal 2.

Klik untuk memperbesar gambar

Yang perlu kita lihat adalah Kas dan setara kas, Piutang, Investasi Jangka Pendek, dan Persediaan. Empat faktor tersebut adalah cermin kekuatan perusahaan tersebut membiayai usahanya dan menjamin jika suatu saat perusahaan tersebut dalam kondisi kolaps maka perusahaan masih punya aset lancar yang cukup untuk bisa menutup kemungkinan tersebut.

Kedua adalah segala macam bentuk hutang dan juga kewajiban.

Maka dengan rumus dari pendekatan Benjamin Graham: 
Nilai aktiva lancar bersih (NCAV) = Kas setara kas dengan Investasi jangka pendek + (75%xPiutang)+(50%xPersediaan) - (total kewajiban dan hutang).
Sehingga di dapat:

Keterangan rumus:
75% dari piutang dengan asumsi tidak semua piutang dapat terbayar dalam waktu satu tahun, beberapa ada yang mundur dari target satu tahun sehingga asumsi 75% sudah mengakomodir 25% piutang yang tak terbayar itu.

50% dari persediaan artinya hanya 50% dari total persediaan yang bisa di cairkan, sisanya adalah barang jadi yang gagal di pasarkan akibat penyimpanan (busuk, kadaluarsa dsb) - penyimpanan barang berupa obat, barang kimia dsb mengandung resiko tinggi 

Dari angka-angka yang ada, didapat Net-Net Value sebesar 293.21 rupiah per lembar saham, sedangkan saham TSPC sendiri diperdagangkan sekitar 2500 rupiah per lembar saham, artinya perusahaan dengan kondisi hutang yang cukup baik pun masih belum cukup untuk masuk kedalam kriteria ini.

Bagaimana jika semua hutang kita hilangkan? Ternyata Net-Net Value pun hanya berubah menjadi 669.22 rupiah per lembar saham. Apa yang salah? tidak ada, Net-Net Value adalah metode progresive yang mencari nilai saham yang betul-betul murah. 

Metode ini mengalahkan sistem Margin of Safety dalam hal melihat murahnya saham tersebut. So, sangat sulit memvaluasi perusahaan bagus dan mapan dengan Net-Net Value karena satu hal: Harapan Investor terhadap perusahaan yang bagus akan selalu tampak tinggi

Dipakai atau tidak silahkan anda, penulis akan memakai metode ini sekali-sekali jika di rasa perusahaan yang di maksud cukup menarik. 

Salam Investasi!
  
Read more →

7 Okt 2014

Portfolio Saham September 2014

,
Dear Investor,

Bukan tak terasa jika kuartal tiga (Q3) di tahun 2014 ini sudah kita lewati bersama, terasa cukup lama waktu untuk melewati kuartal tiga ini dengan cukup banyak dinamika politik dan ekonomi baik di dalam negeri kita sendiri maupun di mancanegara yang terjadi, baik suka maupun sebaliknya yang jelas mempengaruhi pergerakan saham di Indonesia

Di dalam negeri sudah barang tentu munculnya satu sosok yang membuat bursa saham jatuh bangun akibat 'pesonanya'. Joko Widodo, sosok yang begitu di harapkan akan membawa perubahan iklim ekonomi dan investasi di Indonesia berhasil memenangkan Pemilu Presiden langsung oleh rakyat pada 9 Juli 2014, ekses nya adalah melonjaknya bursa saham atau IHSG menjadi 5098 setelah seminggu sebelumnya masih berada di angka 4845 atau meningkat 5.22%. 
Melihat lagi ke belakang, ternyata sosok yang satu ini memang betul betul di minati oleh para investor saham, setiap tindak tanduknya mempengaruhi pergerakan IHSG sehingga muncul istilah "Jokowi Effect" dimana tahun ini "Jokowi Effect" membuat tanduk IHSG meyeruduk begitu kuat. Jika kita tilik dari awal tahun saja, IHSG hingga kuartal 3 atau akhir September 2014 ini sudah meningkat 11.21% dan tertinggi pada 8 September 2014 dimana IHSG sempat menyentuh angka 5262 (sebelum ditutup di 5246.48) yang merupakan nilai tertingginya sepanjang sejarah.

Namun, ternyata "Jokowi Effect" ini coba diredam oleh kalangan kubu seberang yang menamakan diri Koalisi Merah Putih, dengan cara menguasai parlemen dan selanjutnya membuat manuver terhadap pengesahan revisi UU dimana Pejabat daerah (Gubernur, Bupati dan Walikota) dipilih langsung oleh DPR, yang mana manuver ini akan membuat gerakan pemerintahan yang baru nanti akan menjadi serba sulit dan terbatas selain juga merusak citra demokrasi di Indonesia.

So, lebih jauh lagi efek dari kubu seberang ini "berhasil" merontokkan geliat IHSG yang sedang bernyali, investor luar beramai-ramai menarik dana dari Indonesia dan membuat IHSG turun jauh menjadi 4949 atau turun sekitar 0.52% dari nilai tertingginya. Dengan melihat kondisi ini kami berpendapat bahwa IHSG akan terus turun dulu selama bulan September-Oktober hingga Joko Widodo - Jusuf Kalla mengumumkan kabinet barunya. 

Kinerja Srimaya Investment

Banyak pertanyaan dari teman-teman partnership apakah kami akan melakukan hold ataukah melepas sebagian saham yang ada, merujuk pada kondisi politik yang tidak stabil ini?
Kami jawab bahwa dengan turunnya IHSG di bulan ini merupakan sesuatu hal yang cukup bagus dimana kami bisa melakukan re-balancing terhadap portfolio kami. Re-balancing kami lakukan dengan beberapa tahap. Diantaranya: 
  1. Melepas sebagian saham yang kami nilai tidak kompeten dengan laporan keuangan yang buruk
  2. Melakukan buy-back terhadap saham yang melakukan turnaround
  3. Melakukan pembelian baru terhadap saham yang berpotensi memiliki nilai tinggi.
  4. Average down terhadap saham yang berfundamental baik dan secara nilai masih wajar.
Secara overall/kumulatif sejak awal tahun, kinerja kami dibanding indeks pembanding adalah sebagai berikut:
Srimaya Investment vs IHSG
Kami membukukan kumulatif capital gain sebesar 9.39% dan IHSG membukukan capital gain 11.21%. Secara pertumbuhan memang kami tertinggal, namun secara penurunan ketika IHSG saat ini turun 0.52%, kami hanya turun 0.32%, di harapkan ke depan kami dapat meminimalisasi resiko kondisi terkoreksi nya IHSG ini dengan speed reducer nya adalah saham-saham lapis dua. Dan tentunya seperti kami kemukakan di laporan awal bahwa saham yang kami pilih mungkin tidak bereaksi dalam jangka pendek, namun selalu diharapkan mencetak gain yang maksimal (tenbagger) dalam dua hingga tiga tahun kedepan.

Outlook yang kami berikan setiap kuartal ini sejatinya merupakan gambaran jangka pendek, bukan gambaran jangka panjang. Jika laporan ini sudah berumur dua hingga tiga tahun mendatang, barulah bisa kita simpulkan bagaimana kinerja saham-saham tersebut.

Outlook Saham 

Beberapa saham kami lepas karena tidak memberikan kontribusi berarti disamping secara fundamental saham-saham ini justru menunjukkan pelemahan ataupun nilai yang terlalu kecil. Saham yang kami lepas adalah:

Adhikarya (ADHI)
Jika ada kategori saham terburuk di satu portfolio maka saham Adhikarya (ADHI) merupakan yang terburuk, beruntungnya kami memutuskan untuk melepasnya di saat yang tepat. Saham Adhi sempat melonjak ke titik 3900 (tertinggi sepanjang sejarah) pada akhir Mei 2014, dimana kami sempat melakukan pencairan keuntungan untuk partnership. Namun kami melakukan aksi profit taking seluruhnya setelah melihat laporan keuangan kuartal 2 yang mana Adhi mancatatkan penurunan kinerja secara signifikan dibanding kinerja emiten konstruksi lainnya. 
Kami memiliki info insider bahwa di dalam Adhi sendiri sedang terjadi perubahan manajemen, direksi hingga kepala divisi disamping kebijakan management yang kurang baik terkait karyawan. Plus terdapat hutang yang begitu besar yang tidak dilaporkan di dalam laporan keuangan (tentunya angkanya tidak bisa kami share). 
Untuk itu pelepasan saham Adhi adalah satu-satunya jalan untuk meminimalkan resiko. Dan dalam waktu yang tidak lama setelah kami lepas, ternyata saham Adhi terus menurun tajam hingga nilainya saat ini ada di kisaran 2585.   

Colorpak Indonesia (CLPI)
Saham ini sebenarnya saham yang bagus, dengan valuasi yang cukup baik, margin of safety yang cukup baik dengan kinerja manajemen yang juga cukup baik. Satu-satunya alasan bahwa kami melepas Colorpack adalah jumlah saham yang beredar sangat sedikit, hanya 306.3 juta lembar saham. Jumlah yang kecil ini menyebabkan saham Colorpak mudah di goyang oleh bandar yang nakal dan membuat likuiditas nya tidak cukup baik. Namun, kami tetap memantau saham ini untuk mencari timing yang pas untuk melakukan buy back

Harum Energy (HRUM)
Jelas alasan kami melepas saham di sektor komoditas menjadi hal pertama yang kami lakukan di kuartal 2 dan 3. Alasannya sederhana, kami tidak cukup punya kemampuan yang mumpuni untuk melihat bisnis ini disamping memang harga komoditas saat ini sedang turun tajam. Di karenakan kemampuan kami terbatas di sektor ini maka kami tidak bisa mengatakan kapan harga batubara akan membaik. Terlalu banyak faktor yang mempengaruhi.
So, bisnis yang tidak sepenuhnya kami pahami buat apa kami beli? setidaknya untuk saat ini.

Efek pelepasan saham ditambah dengan masuknya beberapa partnership (sebagian besar masuk kembali) membuat kami memiliki dana cash yang cukup besar, bahkan sekitar hampir 85% dari portfolio. Dana tersebut tentunya membuat kami lebih leluasa untuk melakukan screening, re-balancing dan shopping dengan memanfaatkan momentum koreksinya IHSG ini, di antaranya kami lakukan average down karena dirasa masih cukup yakin dengan kinerjanya di masa mendatang dan beberapa kami new-buy setelah screening studi terhadap saham tersebut. 

Saham-saham yang termasuk new-buy antara lain:

Mitra Pinashtika (MPMX)
Perusahaan dan valuasi saham nya telah kami bahas di page: PT Mitra Pinashtika
Melihat potensi kedepan dari laporan keuangan dan tahunannya, cukup masuk akal untuk memutuskan investasi saat ini ke salah satu afiliasi grup Saratoga ini. Target kedepan kami terhadap saham ini adalah hold untill bad atau dengan kata lain, memegang terus saham ini hingga perusahaan ini memburuk atau melakukan manuver aneh seperti saham grup Bakrie.

Pakuwon Jati (PWON)
Perusahaan dan valuasi sahamnya telah kami bahas di page: PT Pakuwon Jati
Sama halnya dengan Mitra Pinashtika, saat ini Pakuwon telah dalam jalur yang benar dengan memperbesar recurring income sebagai strategi untuk mengamankan pasar developer yang tidak bisa lagi hanya bergantung pada property perumahan. Target kami terhadap Pakuwon adalah jangka panjang, hold untill bad.

Astra Otoparts (AUTO)
Perusahaan dan valuasi sahamnya telah kami bahas di page: PT Astra Otoparts
Sama dengan dua saham di atas, potensi Astra Otoparts dengan shop and drive nya adalah sungguh luar biasa, tinggal bagaimana manajemen dapat memaksimalkan kinerja salah satu perusahaan Astra ini. option hold untill bad juga kami ambil untuk jangka panjang.

Komposisi saham saat ini

Secara general kami masih mempertahankan 30% saham growth dan 70% saham undervalue, namun tahun ini kami rasa cukup beruntung karena 70% saham yang undervalue juga memiliki rata-rata pertumbuhan laba yang sangat baik, diantaranya MPMX, PWON, MDLN dan BJTM yang memiliki rata-rata pertumbuhan laba diatas 20% dalam 5 tahun terakhir. Sehingga membuat kami cukup percaya diri untuk hold semua saham itu hingga fundamental berbalik arah.

Komposisi Portfolio Q3

Srimaya Portfolio as per 30 September 2014


Kami memutuskan untuk menambah porsi atau averaging down  di dua saham unggulan yang saat ini sedang terkoreksi mengikuti ritme IHSG yaitu BBRI dan AISA, dua perusahaan yang sehat secara keuangan, performa bisnis dan juga prospek kedepan sehingga dana cash yang kami punya merupakan kesempatan untuk kembali mengoleksi kedua saham ini. Namun, langkah yang perlahan satu demi satu dengan mengikuti ritme IHSG menjadi pilihan kami sebagai cara mengoleksinya, tidak dengan serentak.

Satu hal tambahan untuk di cermati adalah kami membatasi diversifikasi saham yang terlalu banyak, kami mencoba untuk berkonsentrasi dalam beberapa saham yang telah kami valuasi dengan hati-hati. Bukan hanya sisi performa pertumbuhan yang kami lihat, namun juga tentunya valuasi saham yang memiliki margin of safety yang baik dan juga nilai lebih dari perusahaan tersebut mencakup latar belakang manajemen, bisnis dan pandangan konsumen.

Salam Invest!

Srimaya Investment
  

Read more →