Seleksi Saham Unggulan

,
Seleksi Saham Unggulan atau screening saham disini mengacu kepada screening model bapaknya value investing; Benjamin Graham yang penulis modifikasi sesuai dengan gaya investasi penulis. So, cocok tidaknya pendekatan ini kembali ke anda. Disclaimer always mode on. Berikut pendekatannya:

1. Sektor
Hindari saham sektor tertentu. Graham - dan juga Buffet menghindari sektor teknologi, sedangkan penulis menghindari sektor komoditas. Alasan Graham dan Buffet ialah mereka tidak begitu paham akan bisnis teknologi yang cepat muncul namun cepat pula berganti. Dengan alasan yang sama, penulis pun tidak begitu paham mengenai sektor komoditas (tambang, CPO dsb) karena harga komoditas selalu naik dan turun, tidak ada pedoman yang dapat digenggam. Tapi dalam waktu dekat penulis akan mulai mempelajari sektor sawit.

2. Revenue
Perusahaan dengan nilai revenue yang baik memberikan keamanan dari sisi resiko dan kestabilan didalam kinerja perusahaan. Dari ilmu Graham didapat bahwa pilihlah revenue minimal $50 juta atau setara $504 juta saat ini (hitungan kasar). Kita memakai patokan NYSE - New York Stock Exchange, saat ini kapitalisasi pasar rata-rata perusahaan di NYSE saat ini berkisar $15 milyar, dan di BEI saat ini berkisar $854 juta, sehingga didapat minimal revenue perusahaan yang tercatat di BEI = $854 juta /  $15 milyar x $504 juta, menjadi $28,21 juta atau setara 330 milyar rupiah dengan kurs 1 dollar = Rp. 11.700. So, pilihlah perusahaan dengan revenue tahunan lebih dari 330 milyar rupiah.

3. Current Ratio
Berguna untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan, dimana nilai total aset harus lebih besar daripada total hutang (jangka panjang dan jangka pendek). Rumus yang bisa digunakan adalah, Current Ratio = Current Asset / (Long Liabilities + Short Liabilities) ≥ 2.

4. Ratio Hutang dengan Ekuitas
Menandakan seberapa tinggi hutang jangka pendek dapat dilikuidasi oleh ekuitas perusahaan, biasanya di sebut DER. DER bagi penulis haruslah kurang dari 1, sebab hal itu menandakan ekuitas > hutang jangka pendek. Sehingga bisa menjadi jaminan resiko dengan lebih aman

5. Price Earning Ratio / PER
PER adalah perbandingan harga saham dengan laba bersih per saham. Semakin kecil PER maka semakin murah nilai saham nya. Dengan mengasumsikan rata-rata PER perusahaan di BI saat ini adalah 15, maka pilihlah perusahaan dengan nilai PER < 15 (angka PER sangat tidak mutlak, karena laba bersih tergantung juga dari aksi korporasi perusahaan terkait)

6. Price Book Value / PBV
PBV adalah perbandingan harga saham dengan nilai buku dimana nilai buku (book value) merupakan pembagian antara ekuitas (kekayaan/kepemilikan/modal) dengan jumlah saham yang di edarkan. Atau dengan kata lain PBV mewakili nilai kepemilikan suatu saham terhadap para pemegang saham. Untuk Value Investing sejati, pilihlah PBV yang dibawah 2x. 2x artinya nilai saham diperdagangkan 2 kali nilai ekuitasnya per saham. So, semakin kecil PBV maka semakin murah sahamnya. Penulis sendiri lebih suka melihat PBV ini, karena lebih simple dan logis.

7. Pertumbuhan laba
Pertumbuhan laba (Graham lebih suka melihat EPS, penulis lebih suka melihat laba bersih riil) dalam 5 tahun terakhir mencerminkan kinerja perusahaan tersebut secara nyata / riil. Sehingga dengan rumus CAGR (Compound Annual Growth Rate) atau perhitungan pertumbuhan laba yang diperhalus = 






Semakin besar CAGR maka semakin bagus perusahaan tumbuh. Untuk kategori value stock, penulis membuat kriteria memilih saham perusahaan dengan CAGR > 15.
Namun nilai CAGR ini bisa menipu karena mengabaikan volatilitas di dalam rentang waktu tersebut jika perusahaan ternyata hanya besar di laba tahun kelima saja, misal. Untuk itu, penulis menambahkan Averaging CAGR, yaitu rata-rata CAGR di tiap tiap tahun selama 5 tahun terakhir dengan AveCAGR > 15.

8. Deviden
Graham sangat menyukai perusahaan yang membayar dividen, begitu pun penulis. Karena dengan dividen penulis lebih merasa percaya kepada perusahaan dan pastinya ekuitas penulis meningkat secara cuma-cuma hanya dari pembagian dividen.
Walaupun saat ini tidak semua perusahaan membagikan dividen dengan alasan korporasi, namun sebagian besar perusahaan-perusahaan di BI tetap setia dengan para pemegang sahamnya dengan pembagian dividen.

Delapan kriteria diatas adalah kriteria ala Benjamin Graham dengan sedikit improvisasi penulis.  Sesuai dengan gaya penulis sendiri yang lebih menyukai pertumbuhan laba, revenue, manajemen, baru kemudian PER dan PBV nya. Kita akan melanjutkan dengan studi pada masing-masing saham yang menarik untuk disimak.

Selanjutnya, bagaimana cara menghitung harga wajar saham? baca: Menghitung Harga Wajar Saham dan Nilai Intrinsik

9. Free Cash Flow dan Net Working Capital, akan di jelaskan lengkap pada: Cash Flow Jaminan Kesehatan Perusahaan dan Net Net Value Strategy

Salam Invest!
Penulis

2 komentar:

  1. Halo pak, mau tanya, sebenarnya web untuk mengecek fundamental sebuah emiten yang cukup reliable di website apa ya? karna beberapa website tidak cukup akurat, berbeda beda hasilnya

    BalasHapus
  2. Nilai fundamental saham memang sangat subjectif dan tidak ada yang exactly akurat. Krn bnyak asumsi disana, paling sreg ya kita hitung sendiri selama asumsi kita masih realistis

    BalasHapus