25 Jun 2015

Screening saham dengan Value Growth Investing

,
Warren Buffet dan Charlie Munger adalah dua investor luar biasa yang selalu menjadi panutan setiap investor, khususnya yang memperdalam analisa fundamental dalam screening sahamnya. Disebut luar biasa selain karena hasil yang mereka dapat di atas rata-rata mereka juga adalah investor yang berani ber-evolusi, khususnya Warren Buffet yang sebelumnya hanya mengandalkan Value Investing menjadi berbeda dengan penerapan Growth Investing atas saran Munger. Buffet mengartikan sendiri konsep tersebut sebagai cara membeli perusahaan bagus dengan harga yang pantas, artinya disini Buffet juga menekankan pada pertumbuhan laba namun tetap pada rasio harga yang wajar.
Demikian juga dengan Peter Lynch yang terkenal dengan perhitungan mengandalkan rasio PEG (Price Earning to Growth). Dari sini saya akan menggabungkan antara metode Buffet-Munger dengan Peter Lynch yang dikenal dengan nama Value Growth Investing. Tentunya dengan beberapa modifikasi untuk disesuaikan dengan kondisi market Indonesia.

1. Menentukan High Predictability Rank (Apa itu? bisa anda baca disini dan disini). 

Disini saya menggunakan teknik ranking pada semua perusahaan yang ada di BEI dengan rumus sebagai berikut: => Rank (Operating Margin) + Rank (3 years average Operating Income).

Data saya ambil 3 tahun terakhir, kerena:
  • Market Indonesia terlalu cepat berfluktuatif terhadap rumor, sehingga data 3 tahun terakhir saya anggap lebih mewakili ekspektasi pasar.
  • Banyak emiten yang datanya out of range jika di ambil 5 tahun kebelakang sehingga menjadi tidak valid, range 3 tahun saya rasa cukup untuk pasar Indonesia meskipun idealnya 5 tahun.
Setelah mendapatkan hasil, emiten di urutkan dari jumlah rank terkecil hingga terbesar. Ranking digolongkan sebagai berikut:
  • 1-20 =  5-stars
  • 21-100 = 4-stars
  • 101 - 200 = 3-stars
  • 201-300 = 2-stars
  • > 300 = 1-star

2. Menentukan kriteria Value Growth Investing

Kriteria umum:
  • Perusahaan memiliki MOAT atau daya saing yang baik. Biasanya ini ditandai dengan 
    • ROE ≥ 20% - Best
    • 10% < ROE < 20% - Pass
    • 5% < ROE < 10% - Warning
    • ROE < 5% - Fail
  • DER < 1, angka ini berkategori mutlak, sebab yang kita ingin beli sahamnya adalah perusahaan yang sehat secara rasio keuangan terhadap hutang. Rasio ini dikecualikan terhadap emiten bank dan keuangan lainnya.
  • Rasio PER < 17x, PBV < 3.5x dan PEG < 1. Mengapa PER dibawah 17x? bukan 15x atau 12x seperti analisa konservatif?. Disini saya memodifikasi berdasarkan kondisi market Indonesia yang sangat in-efficientdimana ekspektasi pasar sangat tinggi terhadap saham-saham bagus sehingga hampir semua saham yang tergolong bagus memiliki rasio harga yang cukup mahal jika kita memakai asumsi PER 12x. 
NB: Asumsi PER < 12x hanya akan dipakai pada saat kondisi market crash.

Kriteria khusus:
  • Market Cap diatas 2 trilyun
  • Revenue atas 330 milyar (baca: disini)
  • Current Ratio di atas 1, angka ini mutlak karena kita menginginkan perusahaan yang memiliki aset lancar lebih tinggi dari kewajiban lancarnya. Rasio ini dikecualikan terhadap emiten bank dan keuangan lainnya.
  • Pertumbuhan rata-rata Net Income 3 tahun terakhir (3 years Average Net Income)  ≥ 10%
  • Pertumbuhan rata-rata Income before Tax (Ebit)  3 tahun terakhir (3 years average Ebit)  ≥ 10%
  • Operating Margin (Operating profit / Revenue) (baca: disini) ≥ 10%
  • Earning Yield diatas 5%. Yield obligasi 10 tahun pemerintah Indonesia = 8.3%, sehingga:
    • 5%  Earning Yield ≤ 8.3% - Best
Hasil lengkap screening saham dengan Value Growth Investing adalah sebagai berikut:

SymbolMarket Capital (B)Current Ratio (Quarter)EBIT (Avg: 3 Year)Net Income (Avg: 3 Year)Operating Profit/RevenuePE Ratio (TTM) PBV PEGEarning Yield (ttm)ROE (TTM)DER (Quarter)Rank PredictableValue Growth Screening
BSDE33,8742.4954.39%65.63%49.53%8.211.900.157.86%23.20%0.255-StarsOK
LPCK6,4732.7846.19%48.52%52.43%7.262.200.1613.21%30.34%0.025-StarsOK
PWON20,9011.4182.57%93.56%49.32%8.513.220.108.08%37.77%0.775-StarsOK
BBNI102,927021.93%22.78%40.13%9.181.720.4211.56%18.71%04-StarsOK
CTRS5,2841.2941.27%46.88%34.34%10.261.910.2511.05%18.65%0.144-StarsOK
BBRI263,763018.05%17.14%36.63%10.792.750.6010.63%25.49%04-StarsOK
BMRI232,155016.35%17.51%34.85%11.562.250.7111.22%19.46%04-StarsOK
PGAS104,2382.7216.74%14.87%27.54%12.402.670.749.80%21.54%0.724-StarsOK
ASGR2,6231.9923.24%23.11%13.18%9.542.760.4111.98%28.90%0.043-StarsOK
MNCN27,4819.5918.97%18.08%39.06%16.582.960.878.09%17.87%0.374-StarsOK
SSIA4,7991.8220.36%17.26%16.51%7.911.650.3913.05%20.90%0.493-StarsOK
BFIN4,071012.20%11.97%42.23%6.631.090.5422.42%16.40%04-StarsOK
CTRA20,3981.6751.40%59.78%34.28%15.392.670.308.04%17.35%0.565-StarsOK
LPKR25,1554.9855.39%53.21%32.29%9.581.450.179.84%15.12%0.634-StarsOK
PANS3,636021.40%21.14%62.56%11.922.660.5610.11%22.33%04-StarsOK
MTLA3,1002.5926.23%19.61%40.20%11.311.560.4311.93%13.80%0.364-StarsOK
DART2,4192.0270.68%85.62%42.87%5.720.730.0814.77%12.68%0.435-StarsOK
BEST3,9173.8744.82%48.42%57.49%10.421.340.239.58%12.87%0.525-StarsOK
PNIN3,051015.26%11.19%13.43%3.180.370.219.80%11.71%03-StarsOK
AMFG3,1256.1510.20%10.82%15.54%6.580.990.6428.25%15.04%03-StarsOK
CTRP3,5981.7635.54%35.42%39.23%9.110.830.2610.03%9.08%0.744-StarsOK
DILD6,0641.2938.58%45.27%29.59%14.171.350.377.50%9.50%0.424-StarsOK
MDLN6,5171.3393.94%97.68%36.22%12.981.180.1410.41%9.11%0.685-StarsOK
NISP14,084020.88%20.96%22.23%10.330.920.4912.87%8.89%04-StarsOK
MAYA7,031036.04%36.50%14.76%16.312.030.458.94%12.47%04-StarsOK
BTPN21,162012.50%9.79%20.62%11.421.790.9111.72%15.69%03-StarsOK
ELSA3,7221.56104.67%119.38%10.17%8.801.420.0812.05%16.18%0.194-StarsOK
NRCA2,2841.9221.01%51.28%6.47%8.102.150.399.96%26.60%0.023-StarsOK
JRPT13,1311.2127.43%27.79%42.39%16.993.220.625.82%22.02%04-StarsOK
INTP77,398712.98%13.58%30.44%14.643.011.138.56%20.58%04-StarsNO
SMGR72,6612.1911.68%12.34%25.75%13.322.861.148.79%21.48%0.164-StarsNO
PJAA3,8240.7713.43%13.25%26.37%17.072.501.277.67%14.66%0.334-StarsNO
TOTO3,7652.339.23%10.44%18.66%12.513.181.3610.24%25.43%0.123-StarsNO

Bisa kita lihat di atas hanya ada 29 saham yang lolos screening dengan Value Growth Investing, ini menandakan bahwa dari 430 saham di BEI, bahkan tidak ada setengahnya yang memiliki prospek pertumbuhan cepat dengan harga yang wajar. Apakah ini menandakan market Indonesia sudah over-valued? atau ekonomi yang melambat dari 3 tahun lalu?

*Bahkan perusahaan sekelas APPLE pun sahamnya dijual dengan PER 15.71x, masih dibawah rata-rata industrinya itu sendiri, kebayang kan bagaimana in-efficientnya market Indonesia?

Perlu di cermati bahwa saham-saham yang tidak lolos screening value growth investing memiliki kekurangan pada PEG, diantaranya INTP, meskipun sekilas terlihat bagus, namun memiliki PEG di atas 1, artinya rasio harga terhadap laba (PER) di atas nilai pertumbuhannya, yang berindikasi pasar sudah overestimated. Jika kedepannya kenaikan harga sahamnya tidak bisa diimbangi oleh pertumbuhannya akan sangat rentan terkena dampak kejatuhan. Begitu pula untuk SMGR, PJAA dan TOTO.

Mumpung IHSG sedang bergelora sehingga sangat sedikit ide investasi yang bisa di bahas, silahkan anda gabungkan dengan analisa internal anda sendiri sebelum memutuskan untuk membeli saham. Untuk detail lebih lengkap perhitungan rasio-rasio keuangan saham, silahkan klik disini

Untuk menghitung harga wajar saham dan nilai intrinsik klik disini

Salam Investasi

Disclaimer on: Keputusan untuk membeli saham merupakan keputusan anda sendiri tanpa ada paksaan pihak manapun. Kami tidak memiliki hak, wewenang dan tanggung jawab apapun atas setiap keputusan investasi yang anda ambil
Read more →

23 Jun 2015

Investasi dengan Siasat Tiga Kerajaan (Sam Kok)

,
Di malam itu di tepi sungai Yang Tze penasehat militer legendaris dari kerajaan Shu, Zhuge Liang sedang berdiskusi dengan panglima perang kerjaan Wu, Jenderal Zhou Yu tentang siasat mengalahkan kerajaan Wei. Saat itu Jenderal Zhou Yu membutuhkan anak panah berjumlah seratus ribu yang harus dipenuhi oleh Zhuge Liang secepatnya dan Zhuge Liang menyetujui.

Hari pertama, yang dikerjakan Zhuge Liang adalah mengamati angin sungai Yang Tze dan kemudian menyiapkan 20 kapal dan 30 awak yang sudah diselimuti jerami dan kain hitam, tidak ada panah yang dibuat pada hari pertama. Hari kedua, juga tidak ada kegiatan dari Zhuge Liang untuk membuat anak panah begitupun hari ketiga, meskipun sudah terjadi kepanikan dari orang-orang disekitarnya karena belum satupun anak panah yang jadi dan cuaca tidak mendukung, toh Zhuge Liang tetap dalam pendiriannya.

Ternyata di malam hari ketiga, kabut turun sangat tebal dan semakin tebal, tiba-tiba di tengah kondisi cuaca seperti itu Zhuge Liang memerintahkan 20 kapal tersebut mulai berlayar menuju camp musuh untuk menyerang. Ketika tiba di dekat area musuh, alih-alih menyerang, kedua puluh kapal tersebut diperintahkan untuk berputar horizontal sambil menabuh genderang perang. Pasukan Cao Cao yang mendengar suara genderang tersebut langsung bersiaga untuk menyerang, namun karena kabut sangat tebal maka tidak ada penyerangan yang paling efektif kecuali panah dan itulah yang dilakukan pasukan Cao Cao.

Pasukan Cao Cao melepas beribu-ribu anak panah ke arah kapal Zhuge Liang dimana anak panah tersbut bukan melukai namun tersangkut di jerami dan kain yang disiapkan, di saat itu Zhuge Liang memerintahkan para awak kapal untuk memutar kapal tersebut 180 derajat sehingga arah sebaliknya pun penuh dengan anak panah. Setelah dirasa cukup, Zhuge Liang memerintahkan para awak kapal untuk kembali ke markas dan menghitung hasil pengumpulan anak panah yang jumlahnya lebih dari seratus ribu anak panah. Sungguh luar biasa kemahiran seorang Zhuge Liang.

Lantas apa hubungan cerita di atas dengan investasi saham?  Hubungannya ada pada penanaman diri kita dalam berinvestasi. Ada beberapa point penting yang bisa dipetik:

1. Memperhatikan dan Mengamati

Terlalu banyak dari kita yang dengan cepat menyimpulkan apakah suatu saham sudah layak beli atau tidak, sehingga bukan hasil optimal yang didapat tetapi rengekan setelah saham yang dibeli turun nilainya. Zhuge Liang menghabiskan waktunya untuk mengamati sebelum memulai kalkukasi strateginya.

2. Kalkulasi dan Valuasi

Zhuge Liang tidak sembarangan ketika menyanggupi menyediakan seratus ribu anak panah dalam waktu singkat, dia melakukan valuasi terhadap kinerja kapal, awak dan tentunya cuaca. Memang tahapan ini memerlukan tingkat jam terbang yang lumayan, namun bagi pemula, bertanya adalah jalan terbaik.

3. Memilih Waktu dan Hilangkan Keraguan

Ini tingkatan yang lebih sulit setelah nomor 2 diatas, memilih waktu dan hilangkan keraguan. Zhuge Liang tidak menunda-nunda waktu penyerangan ketika dirasa sudah menemukan timing yang tepat meskipun sebelumnya banyak sekali suara orang-orang di sekelilingnya.

Begitupula saham, timing yang tepat bukan muncul dari bisikan dan rumor sekeliling anda, jika anda terbiasa melakukan valuasi dan kalkukasi berulang-ulang terhadap saham, maka anda akan mengetahui kapan saat yang tepat untuk mulai membeli saham tertentu. Kuncinya adalah terlatih, terlatih hasil dari latihan, dan latihan hasil dari kemauan.

4. Saat Emosi, jangan menuruti Emosi karena itulah titik awal kehancuran

Ini kunci dari Investasi, karena sesungguhnya puncak investasi adalah pengendalian diri yang baik. Apa yang dilakukan Zhuge Liang ketika hari ketiga belum juga tampak tanda-tanda cuaca yang menguntungkan? Kalau kita, pastilah kita panik dan buru-buru mencari kayu untuk dipotong menjadi anak panah yang jumlahnya tidak mungkin mencapai seratus ribu. Tapi Zhuge Liang tetap tak bergeming dan yakin akan valuasinya yang sudah direncanakan. Percayalah bahwa keberuntungan hanya mengambil peran 1% dari semuanya dan sisanya adalah kerja keras.

Sehingga jika anda yakin bahwa valuasi dan pandangan anda terhadap suatu saham adalah benar, yang perlu anda lakukan adalah sabar. Hal ini berlaku pula saya rasa terhadap trader, hanya pada trader unsur spekulatifnya lebih tinggi. Jelas Zhuge Liang tidak spekulatif ketika memutuskan strategi "Mencuri anak panah" melainkan berdasarkan pengamatan, valuasi dan kesabaran.

Begitulah sekilas siasat investasi dari siasat klasik Tiongkok yang sangat terkenal di dunia, siasat Tiga Kerajaan (Sam Kok), semoga dapat mengisi hari anda di tengah IHSG yang sedang bergelora.

Salam Investasi

Kisah di atas mengambil cerita dari roman legenda Tiongkok:
Kisah Tiga Negara (Hanzi: 三國演義, hanyu pinyin: sānguó yǎnyì, Bahasa Inggris: Romance of the Three Kingdoms)

Bagi anda yang ingin membaca kisah roman tersebut bisa download gratis e-booknya DISINI

Download aplikasi membaca e-book (.plc) gratis DISINI
Read more →

16 Jun 2015

Memilih Saham dengan High Predictability Rank

,
Lanjutan dari artikel sebelumnya tentang kriteria Warren Buffet dan Charlie Munger untuk menemukan perusaaan bagus yang harga sahamnya dijual dalam nilai wajar, salah satu kriteria tersebut adalah dengan melihat High Predictability Rank, atau Pemeringkatan perusahaan berdasarkan konsistensi pertumbuhan pendapatan dan laba. Atau bisa disebut prediksi bisnis.

Mengapa memakai model Predictability Rank? Ketika kita ingin berinvestasi kedalam instrument saham, yang akan kita beli adalah future, atau masa depan dari perusahaan yang sahamnya akan kita beli, bukan past atau masa lampau dari perusahaan itu. Saya akui memang sangat sulit membaca future dari sebuah perusahaan. Sehingga yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan prediksi.

So, bagaimana bentuk prediksinya? Syarat utama tentunya yang paling realistis dan paling masuk akal, apa itu? Yaitu dengan melihat konsistensi kinerja dan bisnis perusahaan tersebut, walaupun konsepnya sama dengan analisa teknikal yang juga membaca data historikal saham, namun melihat kinerja perusahaan lebih masuk akal bagi saya karena kinerja perusahaan adalah hal nyata, kinerja manajemen yang mengurus adalah nyata, SDM-nya nyata (bukan makhluk jadi-jadian), penjualan, arus kas dan aksi korporasi baik atau buruk hasilnya adalah nyata, bebas dari rumor, tebak-tebakan, stimulus atau apapun itu.

Buffet dan Munger membagi Predictability Rank perusahaan kedalam 5 kategori berdasarkan laba bersih dan pendapatan. Namun di Indonesia, terdapat banyak komponen yang membuat pendapatan terus meningkat namun laba bersih kadangkala turun akibat pengaruh sisi keuangan non teknis seperti selisih kurs. Dan ini yang seringkali membuat investor terlalu cepat bertindak yang berlebihan sehingga saham perusahaan tersebut langsung anjlok melebihi turunnya laba itu sendiri, tentunya ini kurang cocok diterapkan di Indonesia karena mayoritas konsumen saham adalah trader, sehingga saya mengajukan modifikasi terhadap nilai acuan.

Disini saya memakai operating margin sebagai penghubung antara pendapatan (revenue) dengan laba operasi (operating margin), dan laba sebelum pajak (EBIT). Perhitungan memakai Consistency Ratio (CR) dan dihitung menggunakan software sebagai dasar pengambilan keputusan.

Adapun kriteria dari Consistency Ratio (CR) sbb:
CR < = 10%, Konsistensi diterima
CR > 10%, Konsistensi ditolak

% Konsistensi = 100% - (CR/10%)

Periode sample diambil data 2010 - 2015 (ttm)

✪✪✪✪✪ - 5 Stars 
Kategori bintang lima memiliki grafik pertumbuhan operating margin dan EBIT seperti dibawah. Cukup jarang perusahaan di Indonesia yang memiliki konsistensi pertumbuhan tanpa ragu seperti ini, mungkin hanya 1-5 perusahaan yang punya, termasuk UNVR dan JRPT.

5-Stars Class A. Lippo Cikarang (LPCK)
Growth 52.43%. CR: 1.47%, % Consistency: 85.30%
5-Stars Class B. Astra Graphia (ASGR)
Growth 13.18%. CR 1.64%. % Consistency 83.60%  
✪✪✪✪ - 4 Stars
Kategori bintang empat memiliki konsistensi yang sangat baik, namun terjadi sedikit perubahan laju operating margin (biasanya ada laju bisnis yang agak melambat disuatu periode, atau sebaliknya) yang berakibat membesarnya inconsistency. Contoh grafiknya seperti dibawah ini.


4-Stars Class A. Pakuwon Jati (PWON)
Growth 49.32%. CR. 2.45%. % Consistency 75.54%

4-Stars Class B. Selamat Sempurna (SMSM)
Growth 21.10%. CR 2.68%. % Consistency 73.21%
✪✪✪ - 3 Stars
Kategori bintang tiga ini merupakan kategori mayoritas saham di BEI yang banyak dihuni oleh saham LQ45. Karena kebanyakan adalah perusahaan yang cukup mapan sehingga memiliki konsistensi yang baik namun grafik pertumbuhan yang biasa saja. Contoh: ICBP, TLKM, KAEF dsb.


3-Stars Class A. Kimia Farma (KAEF)
Growth 8.03%. CR 1.32%. % Consistency 86.77% 

3-Stars Class B. Indofood CBP (ICBP)
Growth 10.63% CR 3.45%. % Consistency 65.48%
✪✪ - 2 Stars
Kategori ini memiliki kecenderungan fluktuatif tinggi atau sedang mengalami perubahan laju pertumbuhan laba, yang tadinya naik lalu menjadi turun ataupun sebaliknya sehingga Consistency Ratio membesar. Saham-saham dengan tipe seperti ini biasanya cocok untuk trading jangka pendek. Contoh grafiknya seperti dibawah ini.

2-Stars Class A. Global Mediacom (BMTR)
Growth 24.58%. CR. 6.42%. % Consistency 35.84%
2-Stars Class B. Wintermaar Offshore Marine (WINS)
Growth 20.78%. CR 7.43%. % Consistency 25.67%
✪ - 1 Stars
Ini adalah kategori yang sebaiknya anda hindari terlebih dahulu, karena grafik pertumbuhan mengarah ke negatif. Kecuali memang anda seorang kontantrian sejati, saham-saham seperti ini justru ditunggu datangnya.

1-Star. Krakatau Steel (KRAS)
Growth -5.13%. CR 2.94%. % Consistency 70.56% (negatif)
Mengapa tidak ada satupun saham komoditas di dalam penilaian di atas? Karena saham komoditas tidak lolos dalam kategori Consistency Ratio, hampir semua saham komditas memiliki nilai CR di atas 10% alias berfluktuatif tinggi.

Dengan adanya penilaian diatas, diharap para investor semakin teliti sebelum membeli saham, bukan hanya melakukan valuasi terhadap nilai saham, namun juga melihat pertumbuhan dari emiten yang akan dibeli sahamnya atau dengan kata lain menjadi Value-Growth Investor.

Salam Investasi

*sumber data: stockbit.com
Read more →

12 Jun 2015

AISA (Tiga Pilar Sejahtera Food) - Blood to be Good

,
Saham AISA atau Tiga Pilar Sejahtera Food belakangan ini cukup ramai diperbincangkan para kawan investor di sekeliling saya, tentu saja karena saham AISA sudah turun cukup dalam sejak bulan Mei 2014 dari titik tertingginya 2620 rupiah per saham hingga hari ini di 1950 rupiah per saham. Dan itu terjadi setelah naiknya saham AISA secara fenomenal sejak 2010. Terus terang saya termasuk penggemar saham AISA semenjak 2010, namun saya enggan untuk melakukan valuasi sahamnya untuk jangka waktu panjang, kenapa? nanti akan saya jelaskan di bawah.



Sebetulnya valuasi saham AISA sudah pernah dimulai pada kuartal II tahun 2014 lalu dan, seperti yang diduga AISA memiliki cash flow negatif, pertumbuhan laba yang 'hanya' 20% yoy, PBV 2.98x dan PER 18.61x. Secara valuasi saham AISA pada saat itu masih terlalu mahal. Itupun masih demikian hingga laporan akhir tahun 2014.

Tapi melihat laporan Kuartal 1 2015 (Q115), AISA mampu menembus kenaikan laba 25% dibanding Q114 dan pendapatan yang juga naik, kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi sahamnya yang menurun. Dan seperti kebiasaan kami ketika melihat saham tertentu turun, inilah saatnya dilakukan valuasi.

Tiga Pilar Sejahtera Food

Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) adalah perusahaan consumer goods yang sudah cukup lama berkecimpung dalam industri pangan, semenjak 1959 hingga saat ini masih tetap dengan produk unggulannya: Mie Telor. Saat ini AISA memfokuskan bisnisnya pada tiga lini utama: Makanan, Beras dan Minyak Sawit.

Anda pasti hapal dengan merek dibawah ini (setidaknya anak anda):


Sebagian dari merek diatas merupakan panganan yang bisa dipastikan selalu ada di minimarket hingga supermarket dari desa hingga kota, bahkan mie telor cap ayam dua telor sudah menjadi brand image dalam setiap hidangan mie dari pinggir jalan hingga restoran besar.

Mie telor yaaa.. cap ayam dua telor, permen asem...yaaa Gulas, sedangkan merek Taro sendiri merupakan top brand 2014 untuk kategori makanan ringan. Dengan begitu produk AISA sudah memiliki apa yang disebut dengan moat atau kekuatan daya saing merek.

Kinerja

Kinerja AISA pada kuartal 1 2015 tergolong meningkat pesat dengan peningkatan pendapatan 38%, laba sebelum pajak meningkat sebesar 26.6% dan laba bersih meningkat 25% secara yoy yang secara mayoritas di dukung oleh pendapatan dari sektor beras dan tentunya makanan ringan.

Sumber: Laporan Keuangan AISA
Jika kita memperhatikan sekilas, maka kita akan mendapati grafik laba bersih AISA yang meyakinkan seperti di bawah ini:

Tetapi sebagai investor kita diharuskan untuk lebih jeli masuk kedalam perusahaan tersebut, dan kami menemukan bahwa laju operating margin (operating income / revenue) dari AISA tidaklah sehebat laporan laba bersihnya. Tetapi sejauh ini laju operating margin AISA sedang mengalami posisi konsolidasi untuk persiapan lonjakan seperti yang tergambar dalam grafik laju operasi di bawah ini. 
Tabel Laju Operating Margin

Dapat terlihat meskipun laba AISA naik meyakinkan, namun tidak diimbangi oleh laju operating marginnya. Penyebab utama ialah terus meningkatnya COGS atau Cost of Goods Sold yang bisa diartikan sebagai Harga Pokok Penjualan (HPP) melebihi kenaikan pendapatan. Sehingga besarnya persentase kenaikan pendapatan tidak bisa diimbangi oleh persentase kenaikan laba.

Sebagai contoh pada data terbaru Q115, pendapatan AISA meningkat signifikan 38.9% yoy terhadap Q114. Namun disaat yang sama HPP meningkat 44.3% yoy. Akibatnya laba operasi hanya meningkat 11.6%. Sangat kecil dibanding kenaikan pendapatanya. Dan ini mayoritas terjadi dalam setiap laporan keuangannya semenjak 2-3 tahun yang lalu. Perhatikan diagram berikut.


Dari data 2015, 2014 dan sebelumnya terlihat bahwa divisi beras memegang peranan terpenting dalam kontribusi kinerja AISA, pada tahun ini AISA cukup berhasil melakukan fokus kinerja kepada divisi beras yang memiliki kontribusi 65% terhadap kinerja keseluruhan dengan bertambahnya pendapatan hampir 60%. Disisi lain, divisi makanan malah terjadi penurunan baik pendapatan maupun laba operasinya. Terlihat ada beberapa penambahan fokus kerja kepada divisi beras, namun ini harus dibuktikan lagi pada laporan keuangan kuartal dua nanti

Meskipun pendapatan dari beras naik signifikan, sayangnya juga terjadi peningkatan HPP sebesar 62% atau 2% lebih besar dari pendapatannya, jika kita ambil secara pareto maka bisa diambil kesimpulan bahwa divisi beras lah yang secara signifikan mempengaruhi kenapa operating margin AISA tersendat. Mengapa demikian? Ada empat hal yang perlu dicermati:

  1. AISA belum bisa menekan harga pokok produksi beras akibat defisiensi produksi.
  2. Kenaikan harga BBM mengakibatkan naiknya operasional meskipun harga gabah petani menjadi turun.
  3. AISA tidak bisa lagi menaikkan harga jual beras karena terbentur regulasi pemerintah tentang pembatasan batas maksimal harga jual beras ke masyarakat. Apalagi ditambah sikap pemerintah sekarang ini yang melakukan kontrol langsung terhadap pasar yang berdampak bukan hanya kepada beras curah tapi juga beras kemasan.
  4. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga pembelian pemerintah terhadap gabah kering dari petani. Meskipun kebijakan ini dapat meningkatkan taraf hidup petani, namun bagi AISA ini hal buruk, karena harga beli pemerintah akan menjadi acuan harga jual petani ke instansi swasta meskipun dilakukan kontrak payung. Bagai buah simalakama.
Untuk point nomor 1, pada Maret 2014 AISA telah meresmikan pabrik baru yang memiliki kapasitas 240 ribu ton atau yang terbesar di Indonesia, pabrik tersebut dinamakan SAKTI (PT Sukses Abadi Karya Inti). Pabrik ini membutuhkan 450 ribu ton gabah kering dari petani atau memiliki efisiensi pabrik sebesar 53%, yang mana angka ini sudah relatif baik di dalam industri pengolahan beras. So, dengan efisiensi di angka itu, AISA kemungkinan besar tidak akan bisa menekan HPP beras lebih rendah lagi. Langkah untuk antisipasi turunnya operating margin adalah:
  1. Memperbanyak produksi dan meningkatkan penjualan, untuk menjamin laba terus meningkat.
  2. Memaksimalkan kinerja dari SAKTI. Terlihat dari tabel laju operating margin pada tahun 2014, Operating Margin sudah mulai meningkat dan ini merupakan indikasi yang positif terhadap prediksi kinerja AISA kedepannya.
  3. Berharap pada panen raya, dimana harga gabah kering akan turun. 

Valuasi Saham

AISA merupakan emiten yang berhasil membuktikan jargon 'ten-bagger' Peter Lynch ketika sahamnya naik lebih dari 200% sejak 2010 hingga 2014. Dan yang menariknya lagi, pada tanggal 1 Juli 2012, PER AISA 'hanya' bernilai 9.46x dengan rata-rata pertumbuhan laba bersih 56.16%, sebelum akhirnya harga sahamnya terbang hingga menyentuh nilai PER tertinggi 22.11x pada 5 Juni 2014. Perhatikan grafik dibawah.

PER vs Price Historical
Sumber: Stockbit.com
Saat ini, saham AISA terus mengalami penurunan dari titik tertinggi Rp. 2,590 per saham menjadi Rp 1,760 per saham atau turun 47.6%, sehingga PER AISA (annual) menjadi hanya 10.38x. Dan dengan melihat rata-rata pertumbuhan laba bersih dari 2008 hingga 2015 (ttm) sebesar 44.46%, laba bersih yang  naik pada Q115, dividen payout ratio sebesar 5.01% dengan risk premium sebesar 12.88%, maka hasilnya AISA memiliki Price Earning Growth Ratio (PEG) sebesar 23.25% dengan nilai intrinsik saham AISA sebesar Rp 4,252 per saham sehingga AISA memiliki Margin of Safety sebesar 69.18%. Dengan semua data tersebut, harga AISA saat ini sudah berkategori murah. 

Jika pada Q215 laba bersih AISA kembali lebih tinggi dari Q214, maka tak lama lagi kita akan melihat dimana sejarah akan terulang.

Kondisi Keuangan

Seperti dijelaskan di atas, salah satu alasan mengapa saya belum melakukan valuasi saham AISA adalah cash flow yang negatif dimana belanja modal / Capex lebih besar dari Arus kas operasi. Ini sebetulnya wajar-wajar saja dikarenakan AISA termasuk perusahaan agresif yang sedang memperkuat aset produksi mereka. Beberapa akuisisi salah satunya terhadap merek Taro yang dibeli dari Unilever, akuisisi dan pembangunan pabrik beras yang terus menerus sepanjang 2008-2014, membuat cash flow AISA hampir selalu negatif.

Tapi untungnya kondisi keuangan yang 'berdarah-darah' demikian bisa menghasilkan pada tahun 2014. Tercatat AISA sudah mencatat free cash flow positif sejak Q214 hingga saat ini.

Sumber: Stockbit.com
Salah satu yang mengganjal ialah DER yang bernilai 1.01x, untungnya semua hutang yang dimiliki oleh AISA merupakan hutang produktif yang langsung digunakan sebagai development cost untuk menciptakan aset, baik aset lancar maupun aset tidak lancar. Ini terlihat dari current ratio yang sebesar 2.51, jauh diatas rasio aman minimal yaitu 1. 

Aset lancar mayoritas didapat dari persediaan yang mencapai 1.6 trilyun dan piutang usaha sebesar 1.2 trilyun, dengan angka persediaan sebesar itu apakah cukup aman bagi AISA? Inventory Turnover (ITO) AISA tercatat sebesar 0.79x, angka ini masih jauh dibawah ITO ROTI yang sebesar 6.35x atau dibawah ICBP sebesar 2.03x. Secara kasar ini menandakan bahwa AISA belum cukup efektif dalam mengelola persediaan. Namun bisa dimaklumi jika mayoritas persediaan ini adalah gabah kering yang menunggu di produksi menjadi beras putih.

Dan dengan DER yang masih di atas 1, manajemen AISA memiliki tugas segera mencicil hutang tersebut untuk menciptakan gerak yang lebih luwes dan stabil kedepan.


Tantangan Kedepan

Tantangan kedepan bagi AISA pertama tentunya adalah perlambatan ekonomi Indonesia dimana nilai GDP Indonesia berada di angka 4.7 terendah sejak 2009 dan juga tergerusnya rupiah terhadap dollar (pembelian alat-alat pabrik menggunakan dolar). Sebetulnya apakah betul ini perlambatan? ataukah hanya penundaan kemajuan ekonomi dikarenakan banyak hal yang baru dimulai termasuk reformasi birokrasi dan pengembangan infrastruktur? Sayangnya kami bukanlah seorang penebak yang handal. Fokus kami ialah menemukan saham perusahaan bagus dengan harga yang wajar.

Kedua adalah ancaman datangnya badai El-Nino yang akan menyebabkan musim kemarau panjang, bahkan di prediksi hingga 2016. Jika tidak diantisipasi maka akan membahayakan supply gabah kering dari petani, dan biasanya di lanjutkan dengan naiknya harga gabah kering akibat berkurangnya hasil panen. Meskipun harga beras kepada konsumen juga akan naik, tetapi tidak akan berpengaruh signifikan karena adanya pembatasan 'alami', yaitu daya beli masyarakat yang harus dipikirkan matang oleh manajemen AISA.

Satu hal, kami tetap optimis tentang Indonesia, dan kami akan tetap optimis selama jumlah penduduk bertambah, maka kebutuhan akan beras tidak pernah surut.

Sebelum datangnya Tsunami, selalu ada surutnya air laut.

Salam Investasi
Read more →