28 Jan 2015

LSIP dan CLPI - 10 SAHAM MURAH INDONESIA DAN LAYAK BELI SEKARANG! (bagian 5)

,

6. LSIP - London Sumatera Plantation

LSIP sendiri sudah pernah kami bahas pada 2014 di Peluang Saham LSIP dimana kami memiliki target jangka panjang terhadap saham LSIP. Sedikit mengulang dari bab sebelumnya, beberapa point penting yang menyebabkan LSIP menjadi cukup layak meskipun harganya tidak bisa dibilang undervalue, tapi juga tidak bisa dibilang overvalue, alias wajar saja.
  1. LSIP mulai mengurangi kapasitas ekspor untuk menjaga dari ketergantungan ekspor dimana permintaan dari Eropa dan India yang menurun. LSIP mulai mengalokasikan hampir 100% kepada konsumsi lokal
  2. Kinerja keuangan LSIP yang excellent. LSIP beroperasi tanpa hutang, memiliki free cash flow dan Net Working Capital positif. Angka free cash flow bahkan 57% dari belanja modal tahunannya (Capex), artinya jika kita belanja tinta 100 rupiah, kita mampu menjual banner kembali dan menyisakan 57 rupiah untuk disisakan atau di tabung.
  3. LSIP rajin membagi dividen setiap tahunnya dengan payout ratio 33%, artinya setiap keuntungan perusahaan 100 rupiah per saham, 33 rupiahnya akan dibagi ke pemilik saham. 
  4. PER saat ini masih 18x dan PBV 1.8x. Secara PER, LSIP tidak undervalue, namun secara Book Value angka ini sudah cukup undervalue. Bandingkan dengan AALI yang sudah mencapai PER 20,3x dan PBV di atas 3x. Ingat LSIP merupakan emiten hulu sawit terbesar kedua setelah AALI.
Dengan 4 katalis di atas, cukup rasanya jika LSIP ada di posisi 6. Kunci untuk sukses dari emiten ini adalah kesabaran.

7. CLPI - Colorpak Indonesia

CLPI adalah produsen plastik film dan tinta cair yang banyak digunakan untuk Industri. Penulis sendiri dulu pernah bekerja di perusahaan Pulp & Paper Packaging dan disanalah mulai mengenal produk-produk dari Colorpak.

Secara kapitalisasi, CLPI memang bukan perusahaan raksasa, namun  konsistensi perusahaan itu dalam beroperasi patut diacungi jempol tiga.


Melihat tabel ROE di atas, bisa dikatakan bahwa CLPI adalah perusahaan yang cukup mature, konstan dan tidak terlalu sibuk berekspansi, setidaknya dalam waktu 1-2 tahun ini. Bagi penggila tantangan, CLPI tidak menarik, namun bagi Warren Buffet perusahaan seperti CLPI justru mungkin akan dilirik, sebab sesuai filosofi Buffet yang tidak terlalu peduli pada grafik EPS yang meningkat tapi lebih kepada ROE yang konstan. 

CLPI diperdagangkan dengan PER 3.36x dan PBV 0.85x alias totally undervalue. Tapi apakah sudah layak? Silahkan anda lihat kinerja keuangannya di situs IDX-CLPI

CLPI memiliki rasio lancar 1.72x (positif) dan free cash flow positif sebesar 9.82% dari belanja modal tahunannya. Yang menarik CLPI memiliki laba di tahan (retained earning) yang cukup besar, sekitar 250 milyar hampir menyamai ekuitasnya sendiri sekitar 300 milyar. Angka ini sangat menarik, karena laba ditahan dapat digunakan kembali sebagai modal kerja atau di bagi ke pemilik saham dalam bentuk dividen. Itulah juga yang terjadi pada beberapa perusahaan Warren Buffet dimana Buffet selalu menilai dari berapa uang yang dapat dihasilkan selama perusahaan tersebut bekerja, bukan hanya menilai keuntungan / laba. Biasanya 'harta' perusahaan tidak dilaporkan secara gamblang seperti nilai laba atau cash flow, Investor harus cukup jeli untuk melihat 'hidden treasure'.

Manajemen CLPI termasuk salah satu yang harus diperhatikan, karena secara lugas melaporkan penurunan laba pada 2013 akibat musibah kebakaran yang terjadi. Artinya manajemen cukup jujur dan profesional dalam menghadapi pemilik saham dan publik.

CLPI termasuk saham yang dikenal kurang likuid, tapi berubah semenjak terjadi buy back saham oleh para pemilik sahamnya sendiri sebesar 24% dari yang beredar di pasar, yang artinya pemilik sahamnya sendiri cukup yakin terhadap perusahaannya, mungkin..beberapa manajemennya juga memiliki beberapa persen dari kepemilikan.  Setelah buy back tersebut, terbukti saham CLPI mulai tampak likuid di market.

Salam Investasi
Read more →

23 Jan 2015

Think First, Shoot Later!

,
Investasi saham merupakan kegiatan yang unik dan menarik, karena bukan hanya tentang angka tapi lebih dari itu, emosional dan mental justru terkadang lebih terlihat ketimbang angka itu sendiri.

Saya cukup sering membaca blog ini yang isinya terkesan 'serius' dalam soal investasi saham, meskipun tak jarang juga saham yang dibahas memang 'nendang' dan cukup responsif. Tapi bolehlah satu tulisan ini mencoba untuk rehat sejenak dari angka-angka yang njelimet untuk melihat sisi 'lain' namun nyata di dalam bursa saham. - toh IHSG sedang ijo royo

Saya tergelitik dari sebuah gambar kartun duitto.com ini

Sumber: Kontan Images

Apa yang digambarkan oleh kartun tersebut adalah kondisi nyata yang banyak sekali dialami oleh kita, para pelaku jual-beli saham di Indonesia. Mudah sekali - bahkan cenderung rapuh - termakan oleh isyu dan berita yang tidak ada kaitannya sama sekali.

Seperti gambar di atas, saya mengalaminya sendiri karena aktif sebagai kontributor salah satu grup saham di mail. Ketika salah satu media online membombardir berita financialnya dengan turunnya rating kredit Yunani ke tingkat default, yang berimpact pada turunnya nilai tukar Euro terhadap Dollar US. Apa yang terjadi? puluhan email masuk ke grup dan juga email pribadi saya yang isinya sama: Apa saya harus jual saham sekarang?

Terus terang saya gak tahu dan gak ngerti harus jawab apa, akhirnya sebagai syarat keaktifan saya pun berbalik tanya: Hari ini ibu / bapak masih berangkat kerja? Ada bakar-bakaran gak Sudirman? Beli ayam masih bisa di Carrefour?

Dan impactnya, saya justru di berondong balik dengan beragam email dan bbm berkonten negatif yang intinya saya tidak memiliki sense of crisis?! alias tidak peka terhadap krisis ekonomi dunia. Oke, bahkan pertanyaan saya yang paling mendasar diatas pun belum dijawab. But, lagi-lagi demi keaktifan, akhirnya saya menjawab bahwa hubungan ekonomi Indonesia-Yunani itu paling banter adalah kapas. Untuk krisis Eropa sendiri akhirnya saya 'kembali ke laptop' dan mengklik artikel update ekspor minyak sawit yang dilakukan oleh Astra Agro dan Lonsum. Memang ada angka yang menurun, tapi tidak signifikan alias siklus bisnis biasa. Apalagi Astra Agro dan Lonsum terus mengolah kelapa sawit untuk konsumsi dalam negeri yang grafiknya semakin meningkat. Ini mengindikasikan dua hal: Pertama: Mengurangi ketergantungan ekspor. Kedua: Ekonomi dalam negeri masih oke oke saja. 

Selesai dengan Sawit, saya terus lanjut dengan menelpon kawan-kawan yang bekerja di travel agent, lima di Indonesia, satu di Paris, satu di Inggris, dan satu di Swedia untuk mengecek bagaimana kondisi real ekonomi Eropa. Karena kami memiliki jargon: Europe is travelling, paling mudah mengecek tebal tidaknya kocek orang-orang Eropa dengan melihat travel agent. Dan hasilnya ternyata jumlah wisatawan Eropa ke Bali justru meningkat, ke Lombok malah 2xnya dari Bali. Bahkan yang ke Raja Ampat Papua ikut-ikutan meningkat. Padahal biaya travelling ke Raja Ampat bisa untuk biaya sekolah SLTP putri saya 6 bulan.

Yang lebih konyol adalah ketika saya telepon travel agent tersebut dan menanyakan kabar tentang krisis Yunani dan Eropa, karena terus terang, saya cukup terganggu dengan jumlah turis yang justru naik ketika berita krisis Yunani dan Eropa muncul. Jawabannya justru cukup memuakkan, 

"Hah, krisis? krisis apa ya? ini malah banyak bule yang lagi nanya-nanya promo tur Medan sama Manado, mereka kayaknya lagi bosen ke Bali-Lombok.."

Seketika perut saya mual ketika masih ada bbm yang menanyakan jual saham atau hold. Hey, orang eropanya aja santai-santai aja dan sekarang lagi sibuk lihat pamflet promo tur ke Medan dan Manado karena udah bosen ke Bali - Lombok. Dan kita disini masih aja keringet dingin mikirin Yunani yang gak tahu buntutnya ke Indonesia apa.

Contoh yang Baik

Contoh yang paling baik dan asyik ialah sang empunya blog ini. Hari ini, semua kawan sedang sibuk memilih saham apa yang akan naik berhubung IHSG lagi jackpot, telpon sana sini, baca broadcast dan blog saham teknikal untuk membandingkan saham A naik atau turun, begitu di hajar kanan eeeh malah turun, begitu di hajar kiri eeeh malah naik. 

Di tengah keriuhan, si empunya blog ini malah lagi liburan di Bandung dengan menginap di hotel yang aduhai. Beberapa foto maternity istrinya yang sedang hamil muncul di instagram yang di foto oleh dirinya sendiri. Liburan, melakukan hobi terus balik kerja lagi. Ritual yang menurut saya menjadi idaman hampir setiap orang. Walaupun di balik itu, kerja keras sangat dibutuhkan untuk memilih saham apa yang layak di koleksi sebagai Investasi.

Saya yakin, jika dia di telpon dan ditanya prospek IHSG di tengah rupiah yang terpuruk, jawabannya justru pertanyaan: "Kondisi riil masih bagus gak? Angkot masih ngetem gak? Paling yang gw tahu wakil ketua KPK yang ditangkep Polri".

Alangkah memuakkan jawaban itu, tapi memang itulah kenyataan. Kita terlalu sibuk melihat rumput tetangga yang mulai rontok karena tanahnya retak, tapi lupa bahwa rumput kita baru di tanam dan bahkan belum hijau, sedangkan air dan pupuk masih berlimpah di rumah kita.

Kenyataan dan sebagai pelajaran bagi kita semua, ketika krisis Yunani tersebut muncul, IHSG memang cukup drop dan banyak kawan yang melakukan cut ketika IHSG mengalami tekanan, alias sudah rugi. Dan karena memang fundamental Indonesia gak bermasalah, IHSG kembali terbang hingga saat ini. Konyolnya, banyak kawan yang tadinya cut justru buy back ketika IHSG sudah all time high. Alias untungnya menjadi tidak seberapa.

Kebalikan dengan para investor yang saya kenal, termasuk si empunya blog ini. Ketika IHSG drop karena isu Yunani dan Eropa, mereka malah melakukan banyak pembelian saham, salah satunya pembelian yang cukup besar terhadap saham properti dan bank. Setelah itu, mereka kembali sibuk pada kegiatan masing-masing dan kemudian: liburan

Think First Shoot Later!

So, think first shoot later! Jargon tersebut saya pikir menjadi sangat penting untuk bisa meminimalisir resiko. Jika anda didalam blog ini anda selalu menemukan kata-kata margin of safety sebagai kata-kata sakti dari Benjamin Graham. Maka saya ingin memasukkan unsur think sebagai tambahan safety terhadap resiko anda. Kita tidak bisa serta merta optimis ataupun pesimis ketika hanya sekali klik bloomberg atau membuka twitter. Kita perlu puluhan bahkan ratusan kali klik, bukan hanya bloomberg, tapi juga Kontak, Kompas, Financial Times dan perlu scroll berkali-kali Twitter, Line, dan bbm grup. Terpentingnya lagi jelas dengan melihat langsung dengan mata kepala anda sendiri bagaimana kondisi riil negara kita. Ini justru yang mayoritas Investor lakukan - simply is faultless

Ingat, itu uang anda. walapun di beberapa seminar dan blog yang saya ikuti bahwa gunakanlah 'uang dingin' alias uang yang nganggur untuk dipakai membeli saham. Tapi tetap saja that's your money dude!, you ain't earn the money easily.  Bagaimana anda bisa menyebut uang itu dingin, seakan-akan anda membeli saham seperti anda membeli kacang rebus, yang kalau dapet busuk langsung dibuang. 

Bagaimana cara pandang kita terhadap uang, itulah cara pandang kita terhadap bisnis dan saham.

Thanks to empunya blog
Salam Investasi
Read more →

8 Jan 2015

Lippo Cikarang (LPCK) - 10 saham murah Indonesia dan layak beli sekarang! (bagian 4)

,

Lippo Cikarang (LPCK)

Lippo Cikarang (LPCK) yang berada di posisi 5, merupakan emiten developer property milik taipan Lippo Group yang fokus berada di daerah industri Cikarang dan Bekasi dan bahkan saat ini LPCK telah menjadi ikon daerah Cikarang, bukan hanya hunian tapi juga kawasan Industri.


Saat ini LPCK memiliki lahan bersih yang belum di kembangkan sebesar 425.49 Ha, tanah sedang dalam pengembangan sebanyak 208.32 Ha dan juga kawasan industri yang belum di garap sebesar 579 Ha. Semua lahan tersebut berada di daerah Cikarang dan Bekasi.

Yang menarik adalah rencana pembangunan Airport baru di Karawang juga pelabuhan di Cilamaya, yang pasti akan meningkatkan prospek Cikarang dan Bekasi secara drastis

Untuk nilai buku tanah yang dikembangkan sendiri harganya sebesar Rp 266,612/m2. Angka tersebut didapat secara sederhana dengan pembagian total nilai buku tanah yang tertera di dalam laporan keuangan kuartal 3 September 2014 sebesar 368 milyar dengan luas tanah pengembangkan (development land) 138 hektar.

So, lalu bagaimana dengan NAV (Net Asset Value)? NAV yang biasa memang digunakan untuk menilai aset bersih dari perusahaan property, terutama yang mayoritas bisnisnya adalah hunian dan apartemen. Jika di atas tadi kita memakai NJOP, maka dsini kita sudah memasukkan unsur market, prospek, dsb.

NAV kali ini dikhususkan bagi lahan yang masih kosong atau sedang dalam tahap pengembangan. Mengapa demikian? Karena yang kita hitung adalah prospeknya. Dan prospek terbesar dari emiten developer hunian adalah data land bank. Jika data land bank sudah melebihi harga sahamnya, maka aset yang berbentuk properti jadi tidak perlu lagi kita masukkan.

Harga tanah di lippo cikarang cukup beragam, sehingga kami bagi menjadi 3 bagian besar, yaitu tanah inventaris, yaitu tanah yang belum dibuat apa-apa, alias tanah kosongan. Kedua adalah development land atau tanah yang masuk dalam tahap perencanaan untuk dibangun, dan ketiga adalah tanah yang dikhususkan untuk kawasan industri.

Sumber: Srimaya Investment (data diolah dengan panambahan asumsi)

Harga jual net per m2 di atas sudah dikurangi dengan biaya development dan marketing yang jumlahnya biasanya mencapai 20-22%. Sehingga jika nilai jual bersihnya 800 ribu/m2, maka harga jual gross (harga jual yang akan anda terima jika anda berminat membeli) mencapai 1 juta /m2. Hasilnya, hanya dengan menghitung land-bank bersih saja ternyata sudah lebih tinggi dari harga sahamnya sendiri. Atau menghasilkan margin of safety sebesar 43,77% tanpa memperhitungkan kenaikan nilai investasi tanah.

Beberapa dari anda mungkin bertanya-tanya, mengapa harga tanahnya kok murah sekali? 460.800 rupiah saja per m2. Bahkan di nilai bukunya berdasarkan laporan keuangan hanya 266 ribu rupiah per m2. Memang data land-bank ini kami ambil yang terkecil (termurah) dari seluruh harga tanah di daerah milik Lippo Cikarang yang beragam dan sifat dari harga land-bank ini adalah harga tanah yang memang belum dilakukan apa-apa di atasnya, alias masih kosong sehingga harga mengacu kepada NJOP itu sendiri.

Apabila anda berminat dan mengajukan diri ke pihak Lippo atas tanah tersebut, jangan harap mendapat harga yang tertera di atas. Rata-rata harga komersial Lippo Cikarang sudah 2-3 juta/m2, termahal hampir 10 juta/m2.

Mengapa kami ambil yang termurah? Karena kami ingin melihat margin aman yang minimal. Jika dengan harga yang terkecil kita sudah bisa mendapatkan margin aman, untuk apa mengambil yang lebih besar?

Kinerja

Sebetulnya cukup sulit untuk menentukan emiten yang berada di posisi ke 5 ini. Cukup banyak pesaing, namun melihat kinerjanya yang menjulang. LPCK kami rasa cukup pantas masuk di dalam jajaran elit 5 besar saham murah dan layak beli di Indonesia.


Cukup sulit mendapatkan perusahaan yang konsisten seperti LPCK. Walaupun tidak sebesar pesaing utamanya: Jababeka, namun sedikit demi sedikit LPCK mulai menambah lokasi dan kawasan Industrinya dengan mulai melebar ke Karawang. Potensi huniannya (rumah cluster, mall, apartemen) sendiri sudah menjadi primadona sejak 2010 di Cikarang dan Bekasi - tercermin di grafik net income

Saham Murah

Dengan menyandang nama besar, LPCK ternyata diperdagangkan dengan nilai PER hanya 8.08x di harga Rp 10,525 / lembar (saat tulisan ini dibuat) alias sangat murah jika dibandingkan dengan saudaranya LPKR yang memiliki PER 16,69x (lebih dari setengahnya). So, dengan metode nilai intrinsik dan pertumbuhan laba, kita dapatkan harga wajar LPCK adalah:


Bayangkan, dengan rata-rata pertumbuhan laba sebesar 114%, LPCK hanya memiliki PER 8.08x dan margin of safety sebesar 112%!. Nilai wajar (fair value) yang sebesar Rp 22,378 itu mengindikasikan bahwa ADA wonderfull company di Indonesia dengan harga saham yang masih murah.

Kinerja Keuangan

LPCK dalah setiap laporan keuangannya selalu memberikan nilai plus di dalam free cash flow, alias selalu positif. Meskipun jika anda cermati lebih dalam, terdapat nilai negatif dalam laporan kuartalnya tapi penulis rasa, nilai negatif itu tidak terlalu tampak karena cash flow akhirnya toh tetap positif. 

Karena bisnis LPCK berjalan tanpa hutang (DER tercatat hanya 0.04) maka prospek keuangannya bisa langsung melihat antara aset lancar dengan kewajiban lancarnya. Dimana selisihnya, biasa disebut Net Working Capital (NWC) sebesar 1,9 trilyun rupiah alias 900% berbanding belanja modalnya sendiri. Bahkan penulis rasa, dengan NWC sebesar itu, untuk membeli 1/2 dari Jababeka pun masih sanggup. 

Dengan perbandingan positif sebesar itu, LPCK layak untuk mendapat predikat woderfull company. Yang mana sebuah wonderfull company pastilah ditangani oleh manajemen yang sehat.

Prospek

Lalu, bagaimana jika kita kembali melihat NAV diatas dan mulai memprediksi kenaikan harga tanah sebesar 8% saja pertahun (asumsi konservatif tulen)? Berapa aset yang akan dimiliki LPCK? Bagaimana jika bandara Karawang betul betul dibangun, disusul pelebaran Terminal pelabuhan Tanjung Priok ke Cilamaya berjalan (ingat konsep pendulum nusantara?) ? Plus ditambah beroperasinya pabrik Toyota Thailand di Karawang?

Sekedar info saja, harga property di Lippo Cikarang meningkat hampir 300% sejak 2009 - 2014 ketika beredar isu akan dibangun bandara di dekat sana. Baru isu lho, belum kejadian. Sekarang? berdasarkan info 'orang dalam', master plannya sudah jadi, terutama pembangunan pelabuhan Cilamaya dan sudah masuk ke dalam rencana percepatan pembangunan era Jokowi-JK. Tinggal bersabar tunggu realisasi.

Satu-satunya kelemahan dari emiten ini ialah, LPCK kurang rajin membagi dividen untuk para pemegang saham, padahal di tengah keuntungan yang cukup hebat seharusnya membagi dividen bukanlah hal yang sulit. Manajemen LPCK lebih memilih memutar kembali uangnya untuk ekspansi ketimbang membaginya secara langsung. Hmm..tampak sulit bagi investor yang berorientasi mengejar dividen, tapi..biasanya, perusahaan sekelas LPCK pasti sudah memiliki ancang-ancang agar tidak kehilangan pemegang saham yang mulai bosan, yaitu dengan cara menjaga kinerja dan juga track sahamnya agar tetap menguntungkan.

Salam Investasi

Read more →