7 Okt 2014

Portfolio Saham September 2014

,
Dear Investor,

Bukan tak terasa jika kuartal tiga (Q3) di tahun 2014 ini sudah kita lewati bersama, terasa cukup lama waktu untuk melewati kuartal tiga ini dengan cukup banyak dinamika politik dan ekonomi baik di dalam negeri kita sendiri maupun di mancanegara yang terjadi, baik suka maupun sebaliknya yang jelas mempengaruhi pergerakan saham di Indonesia

Di dalam negeri sudah barang tentu munculnya satu sosok yang membuat bursa saham jatuh bangun akibat 'pesonanya'. Joko Widodo, sosok yang begitu di harapkan akan membawa perubahan iklim ekonomi dan investasi di Indonesia berhasil memenangkan Pemilu Presiden langsung oleh rakyat pada 9 Juli 2014, ekses nya adalah melonjaknya bursa saham atau IHSG menjadi 5098 setelah seminggu sebelumnya masih berada di angka 4845 atau meningkat 5.22%. 
Melihat lagi ke belakang, ternyata sosok yang satu ini memang betul betul di minati oleh para investor saham, setiap tindak tanduknya mempengaruhi pergerakan IHSG sehingga muncul istilah "Jokowi Effect" dimana tahun ini "Jokowi Effect" membuat tanduk IHSG meyeruduk begitu kuat. Jika kita tilik dari awal tahun saja, IHSG hingga kuartal 3 atau akhir September 2014 ini sudah meningkat 11.21% dan tertinggi pada 8 September 2014 dimana IHSG sempat menyentuh angka 5262 (sebelum ditutup di 5246.48) yang merupakan nilai tertingginya sepanjang sejarah.

Namun, ternyata "Jokowi Effect" ini coba diredam oleh kalangan kubu seberang yang menamakan diri Koalisi Merah Putih, dengan cara menguasai parlemen dan selanjutnya membuat manuver terhadap pengesahan revisi UU dimana Pejabat daerah (Gubernur, Bupati dan Walikota) dipilih langsung oleh DPR, yang mana manuver ini akan membuat gerakan pemerintahan yang baru nanti akan menjadi serba sulit dan terbatas selain juga merusak citra demokrasi di Indonesia.

So, lebih jauh lagi efek dari kubu seberang ini "berhasil" merontokkan geliat IHSG yang sedang bernyali, investor luar beramai-ramai menarik dana dari Indonesia dan membuat IHSG turun jauh menjadi 4949 atau turun sekitar 0.52% dari nilai tertingginya. Dengan melihat kondisi ini kami berpendapat bahwa IHSG akan terus turun dulu selama bulan September-Oktober hingga Joko Widodo - Jusuf Kalla mengumumkan kabinet barunya. 

Kinerja Srimaya Investment

Banyak pertanyaan dari teman-teman partnership apakah kami akan melakukan hold ataukah melepas sebagian saham yang ada, merujuk pada kondisi politik yang tidak stabil ini?
Kami jawab bahwa dengan turunnya IHSG di bulan ini merupakan sesuatu hal yang cukup bagus dimana kami bisa melakukan re-balancing terhadap portfolio kami. Re-balancing kami lakukan dengan beberapa tahap. Diantaranya: 
  1. Melepas sebagian saham yang kami nilai tidak kompeten dengan laporan keuangan yang buruk
  2. Melakukan buy-back terhadap saham yang melakukan turnaround
  3. Melakukan pembelian baru terhadap saham yang berpotensi memiliki nilai tinggi.
  4. Average down terhadap saham yang berfundamental baik dan secara nilai masih wajar.
Secara overall/kumulatif sejak awal tahun, kinerja kami dibanding indeks pembanding adalah sebagai berikut:
Srimaya Investment vs IHSG
Kami membukukan kumulatif capital gain sebesar 9.39% dan IHSG membukukan capital gain 11.21%. Secara pertumbuhan memang kami tertinggal, namun secara penurunan ketika IHSG saat ini turun 0.52%, kami hanya turun 0.32%, di harapkan ke depan kami dapat meminimalisasi resiko kondisi terkoreksi nya IHSG ini dengan speed reducer nya adalah saham-saham lapis dua. Dan tentunya seperti kami kemukakan di laporan awal bahwa saham yang kami pilih mungkin tidak bereaksi dalam jangka pendek, namun selalu diharapkan mencetak gain yang maksimal (tenbagger) dalam dua hingga tiga tahun kedepan.

Outlook yang kami berikan setiap kuartal ini sejatinya merupakan gambaran jangka pendek, bukan gambaran jangka panjang. Jika laporan ini sudah berumur dua hingga tiga tahun mendatang, barulah bisa kita simpulkan bagaimana kinerja saham-saham tersebut.

Outlook Saham 

Beberapa saham kami lepas karena tidak memberikan kontribusi berarti disamping secara fundamental saham-saham ini justru menunjukkan pelemahan ataupun nilai yang terlalu kecil. Saham yang kami lepas adalah:

Adhikarya (ADHI)
Jika ada kategori saham terburuk di satu portfolio maka saham Adhikarya (ADHI) merupakan yang terburuk, beruntungnya kami memutuskan untuk melepasnya di saat yang tepat. Saham Adhi sempat melonjak ke titik 3900 (tertinggi sepanjang sejarah) pada akhir Mei 2014, dimana kami sempat melakukan pencairan keuntungan untuk partnership. Namun kami melakukan aksi profit taking seluruhnya setelah melihat laporan keuangan kuartal 2 yang mana Adhi mancatatkan penurunan kinerja secara signifikan dibanding kinerja emiten konstruksi lainnya. 
Kami memiliki info insider bahwa di dalam Adhi sendiri sedang terjadi perubahan manajemen, direksi hingga kepala divisi disamping kebijakan management yang kurang baik terkait karyawan. Plus terdapat hutang yang begitu besar yang tidak dilaporkan di dalam laporan keuangan (tentunya angkanya tidak bisa kami share). 
Untuk itu pelepasan saham Adhi adalah satu-satunya jalan untuk meminimalkan resiko. Dan dalam waktu yang tidak lama setelah kami lepas, ternyata saham Adhi terus menurun tajam hingga nilainya saat ini ada di kisaran 2585.   

Colorpak Indonesia (CLPI)
Saham ini sebenarnya saham yang bagus, dengan valuasi yang cukup baik, margin of safety yang cukup baik dengan kinerja manajemen yang juga cukup baik. Satu-satunya alasan bahwa kami melepas Colorpack adalah jumlah saham yang beredar sangat sedikit, hanya 306.3 juta lembar saham. Jumlah yang kecil ini menyebabkan saham Colorpak mudah di goyang oleh bandar yang nakal dan membuat likuiditas nya tidak cukup baik. Namun, kami tetap memantau saham ini untuk mencari timing yang pas untuk melakukan buy back

Harum Energy (HRUM)
Jelas alasan kami melepas saham di sektor komoditas menjadi hal pertama yang kami lakukan di kuartal 2 dan 3. Alasannya sederhana, kami tidak cukup punya kemampuan yang mumpuni untuk melihat bisnis ini disamping memang harga komoditas saat ini sedang turun tajam. Di karenakan kemampuan kami terbatas di sektor ini maka kami tidak bisa mengatakan kapan harga batubara akan membaik. Terlalu banyak faktor yang mempengaruhi.
So, bisnis yang tidak sepenuhnya kami pahami buat apa kami beli? setidaknya untuk saat ini.

Efek pelepasan saham ditambah dengan masuknya beberapa partnership (sebagian besar masuk kembali) membuat kami memiliki dana cash yang cukup besar, bahkan sekitar hampir 85% dari portfolio. Dana tersebut tentunya membuat kami lebih leluasa untuk melakukan screening, re-balancing dan shopping dengan memanfaatkan momentum koreksinya IHSG ini, di antaranya kami lakukan average down karena dirasa masih cukup yakin dengan kinerjanya di masa mendatang dan beberapa kami new-buy setelah screening studi terhadap saham tersebut. 

Saham-saham yang termasuk new-buy antara lain:

Mitra Pinashtika (MPMX)
Perusahaan dan valuasi saham nya telah kami bahas di page: PT Mitra Pinashtika
Melihat potensi kedepan dari laporan keuangan dan tahunannya, cukup masuk akal untuk memutuskan investasi saat ini ke salah satu afiliasi grup Saratoga ini. Target kedepan kami terhadap saham ini adalah hold untill bad atau dengan kata lain, memegang terus saham ini hingga perusahaan ini memburuk atau melakukan manuver aneh seperti saham grup Bakrie.

Pakuwon Jati (PWON)
Perusahaan dan valuasi sahamnya telah kami bahas di page: PT Pakuwon Jati
Sama halnya dengan Mitra Pinashtika, saat ini Pakuwon telah dalam jalur yang benar dengan memperbesar recurring income sebagai strategi untuk mengamankan pasar developer yang tidak bisa lagi hanya bergantung pada property perumahan. Target kami terhadap Pakuwon adalah jangka panjang, hold untill bad.

Astra Otoparts (AUTO)
Perusahaan dan valuasi sahamnya telah kami bahas di page: PT Astra Otoparts
Sama dengan dua saham di atas, potensi Astra Otoparts dengan shop and drive nya adalah sungguh luar biasa, tinggal bagaimana manajemen dapat memaksimalkan kinerja salah satu perusahaan Astra ini. option hold untill bad juga kami ambil untuk jangka panjang.

Komposisi saham saat ini

Secara general kami masih mempertahankan 30% saham growth dan 70% saham undervalue, namun tahun ini kami rasa cukup beruntung karena 70% saham yang undervalue juga memiliki rata-rata pertumbuhan laba yang sangat baik, diantaranya MPMX, PWON, MDLN dan BJTM yang memiliki rata-rata pertumbuhan laba diatas 20% dalam 5 tahun terakhir. Sehingga membuat kami cukup percaya diri untuk hold semua saham itu hingga fundamental berbalik arah.

Komposisi Portfolio Q3

Srimaya Portfolio as per 30 September 2014


Kami memutuskan untuk menambah porsi atau averaging down  di dua saham unggulan yang saat ini sedang terkoreksi mengikuti ritme IHSG yaitu BBRI dan AISA, dua perusahaan yang sehat secara keuangan, performa bisnis dan juga prospek kedepan sehingga dana cash yang kami punya merupakan kesempatan untuk kembali mengoleksi kedua saham ini. Namun, langkah yang perlahan satu demi satu dengan mengikuti ritme IHSG menjadi pilihan kami sebagai cara mengoleksinya, tidak dengan serentak.

Satu hal tambahan untuk di cermati adalah kami membatasi diversifikasi saham yang terlalu banyak, kami mencoba untuk berkonsentrasi dalam beberapa saham yang telah kami valuasi dengan hati-hati. Bukan hanya sisi performa pertumbuhan yang kami lihat, namun juga tentunya valuasi saham yang memiliki margin of safety yang baik dan juga nilai lebih dari perusahaan tersebut mencakup latar belakang manajemen, bisnis dan pandangan konsumen.

Salam Invest!

Srimaya Investment
  

0 komentar to “Portfolio Saham September 2014”

Posting Komentar