18 Mar 2015

Laba Pemilik - Harta tersembunyi para Investor

,
Laba pemilik atau owner earnings bisa diartikan sebagai laba perusahaan dalam bentuk cash yang dimiliki penuh oleh para pemegang saham. Disini laba pemilik berbeda dengan laba bersih, dimana laba bersih merupakan perhitungan akutansi yang tidak mempertimbangkan belanja modal sedangkan laba pemilik sudah memperhitungkan belanja modal dan juga depresiasi aset yang dimiliki perusahaan.

Sehingga dengan laba pemilik maka para pemilik modal bisa mengetahui secara lebih nyata, berapa sebenarnya keuntungan yang mereka miliki saat ini untuk mereka habiskan di klub atau kongkow Jumat malam.

Mari kita lihat rumus laba bersih:

Laba bersih = Penjualan bersih - Beban pokok penjualan - Beban usaha - Pajak - Bunga - beban lain-lain.

Sedangkan rumus laba pemilik,

Laba Pemilik = Laba bersih + Depresiasi / Amortisasi + Biaya non tunai - Belanja modal / Capital Expenditure*


* Disini penulis tidak memakai rata rata belanja modal, namun memakai angka belanja modal saat ini sesuai laporan keuangan, agar terlihat lebih nyata antara kegiatan perusahaan dan laba pemilik termasuk mengetahui fluktuasi kapan perusahaan melakukan banyak ekspansi dan kapan sedang vakum.

Mari kita bedah satu per satu:

Laba pemilik atau istilah kerennya owner earnings muncul pada laporan tahunan Berkshire Hathaway tahun 1986, disitu Warren Buffet menulis bahwa untuk  melihat secara nyata berapa keuntungan sebenarnya yang di miliki oleh pemilik saham adalah dengan melihat antara laba bersih dengan bagaimana perusahaan tersebut berkompetisi dan berkembang, artinya pemilik saham harus melihat tentang kebijakan belanja modal / capital expenditure yang di keluarkan oleh manajemen.

Jika perusahaan tersebut adalah perusahaan yang sedang berkembang pesat, maka pemilik saham pun harus maklum jika laba bersih (hasil akutansi) yang dilaporkan sebetulnya tidak sejumlah itu. Mereka harus mempertimbangkan kebijakan manajemen untuk misalnya: menambah mesin, akuisisi lahan pengembangan, perluasan pabrik dan sebagainya. Yang mana dari semua itu pastilah mengambil sisi dari laba bersih, karena laba bersih bisa dianggap sebagai komponen yang paling likuid untuk di gunakan.

Depresiasi / Amortisasi digunakan dalam perhitungan sebagai bagian dari perhitungan aset.  Karena depresiasi adalah bagian dari beban operasional non tunai, sehingga harus di tambahkan kedalam perhitungan laba.

Apakah Perusahaan Untung?


Contoh: Katakanlah si A dalam bulan ini memiliki laba bersih Rp 1000, tetapi bulan ini si A membeli sebuah printer seharga Rp 5000 sebagai aset untuk bekerja (capex). Disini si A memiliki (-) Rp 5000 yang harus dia penuhi dari pendanaan external jika ia ingin tetap untung Rp 1000 tanpa mengambil modal kerjanya.

Lho, harusnya uang beli printer masuk kedalam beban pengeluaran donk? Secara logika: Ya,  tapi perhitungan akutansi tidak seperti itu. Itulah mengapa Buffet memakai laba pemilik sebagai acuan dasar: Apakah perusahaan sebenarnya untung?.


Mari kita lihat laba pemilik dari Astra Graphia (ASGR). Sahamnya sudah pernah dibahas di: Astra Graphia: 10 saham layak beli saat ini


Sumber: Astra Graphia Financial Report
ASGR mencatat pertumbuhan laba pemilik dari tahun 2006 hingga 2014 secara rata-rata sebesar 90% dan secara compound sebesar 24.45%, jika kita mengambil tingkat suku bunga Bank Indonesia selama 30 tahun (non resiko) sebesar 9.02%, maka dengan hanya melihat laba pemilik, ASGR sudah unggul.

Jika kita memakai angka compound earning sebagai patokan dalam perhitungan nilai wajar saham, maka nilai wajar saham ASGR adalah Rp 3,491 per lembar atau terdiskon sebesar 79% dari harga hari ini di Rp 1,940 per lembar.

Dari sini sekaligus bisa dilihat di tabel bahwa ASGR pada tahun 2008 melakukan banyak ekspansi (pembukaan pabrik, lahan, akusisi dsb), namun disisi lain tetap bisa mempertahankan laba pemiliknya yang meningkat dari tahun sebelumnya. Dan hal ini menjadi alasan utama kami untuk masuk ke saham ini di akhir tahun lalu.

Ada contoh berikutnya dengan kasus berbeda di dalam portfolio kami, yaitu Pakuwon Jati (PWON). Valuasi bisa dilihat di Geliat cantik Pakuwon Jati.

Sumber: Pakuwon Jati Financial Report
* Data disetahunkan
Melihat sekilas, PWON bukanlah tipe perusahaan yang konsisten dengan pertumbuhan laba pemilik tetapi tipe perusahaan ekspansi sesuai kultur emiten properti. Disini terlihat bahwa dengan kegiatan ekspansi yang besar pada tahun-tahun yang acak, PWON masih mampu membukukan laba pemilik yang positif. Meskipun pada tahun 2008 laba sempat minus, namun di tahun-tahun berikutnya khususnya 2012 - 2014 laba pemilik PWON berada di angka positif bahkan meningkat signifikan.

Secara compound, laba pemilik PWON tumbuh sebesar 26.47% dan rata-rata pertumbuhan laba pemilik sebesar 17.56%, dengan menggunakan angka 26.47% maka nilai wajar PWON berada pada kisaran Rp 1,422 per saham atau terdiskon 187% dari harga saat ini. Jikalaupun kita gunakan angka pesimis 17%, maka nilai wajar saham PWON masih terdiskon 32%. Masih cukup baik mengingat laba bersih PWON yang meningkat sangat tinggi sejak pembenahan tahun 2008.

Berapa uang anda?

Laba pemilik merupakan komponen 'hidden treasure' untuk melihat secara lebih nyata keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Sayangnya banyak para investor yang masih terpaku pada laba bersih ataupun EBITDA dengan tidak menyentuh sama sekali laba pemilik.

Memang laba bersih dan EBITDA hingga saat ini masih di anggap sebagai perhitungan akutansi yang valid untuk memprediksi kinerja perusahaan, namun jangan lupa bahwa perusahaan kadangkala ber-ekspansi ria tanpa melihat kepentingan pemilik saham.


Berapa sebenarnya uang yang mengalir dari perusahaan ke pemilik saham, itulah point utama pemikian Warren Buffet sebelum beliau membeli saham.


So, jika setelah perhitungan laba pemilik ternyata bernilai negatif (padahal laba bersih positif) maka mudah disimpulkan bahwa perusahaan memakai dana talangan (bahasa halusnya: hutang) sebagai belanja modal, dimana uang cash yang di catat sebagai laba bersih langsung menguap untuk menutupi belanja modalnya. Anda harus berhati-hati jika perusahaan ini melakukan hal demikian lebih dari 3 periode.

Salam Investasi

2 komentar:

  1. Depresiasi itu kalau di laporan keuangan di bagian mana Pak?

    Terus bedanya FCF dengan Owner Earning apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Search "penyusutan", biasa ada di penjelasan aset.

      FCF menghitung dari arus kas operasi/operational cash flow (istilah kasarnya, sdh ada uang cash masuk, cth: pembayaran dr pelanggan dan uang cash kluar, cth: bayar listrik ), sdgkan owner earning dihitung dari laba (tidak selalu yg dilaporkan sebagai laba sudah berbentuk uang kas, trutama klo pelanggannya nunggak ataw pke invoice yg jatuh tempo bayarnya masih sebulan lagi). Berbeda, tapi bertautan antara FCF dan laba..sama2 berisi pendapatan dan pengeluaran operasional

      Hapus