14 Sep 2014

IHSG saat ini, wajarkah?

,
Akhir-akhir ini penulis menerima cukup banyak email yang mempertanyakan apakah IHSG saat ini sudah kemahalan dan akan terjun bebas? Jujur saja, penulis bukan ahli ekonomi seperti Faisal Basri atau Sri Mulyani apalagi tukang cenayang yang bisa menilai apakah IHSG benar benar mahal, cukup mahal atau sedikit mahal yang seakan-akan indikator mahal atau tidak mahal itu menjadi tolak ukur pasti kemana arah pasar saham nanti.

Tapi penulis tetap akan coba menjawab, tapi bukan untuk menjawab harga IHSG mahal atau tidak, tetapi menjawab berapa harga IHSG di seharusnya / harga wajar (fair value) IHSG itu sendiri. Setidaknya memang penulis sendiri sudah mempersiapkan dari jauh hari pendekatan sederhana yang coba dipakai untuk kira-kira berapa sih harga wajar IHSG ini, karena penulis pun sebenarnya penasaran.

Oke, mari kita mulai. Pendekatan pertama untuk menilai harga wajar IHSG dengan menggunakan rumus Fair Value. Lho kok? ya, bukankan IHSG ada kumpulan 4ooan saham yang beredar di Bursa Efek Indonesia? kalau nilai saham setiap emiten bisa kita cari harga wajar dengan pendekatan fair value, kenapa IHSG tidak?

1. Melihat laba bersih IHSG. 

Laba bersih pada IHSG di dapat dengan rumus yang sama seperti mencari pada saham biasa.
Laba bersih = Harga / PER. 
Harga dan PER bisa kita lihat di situs Bursa Efek Indonesia.


Didapat ketika tulisan ini di buat (13/9/2014) harga IHSG di 5,143.71 dengan PER rata-rata 16.4x. Sehingga laba bersih didapat 5,143.71 / 16.4 = 313.64.

2. Proyeksi Laba Bersih.

Karena IHSG merupakan gabungan nilai dari semua saham di Bursa Efek Indonesia, maka kita harus melihat pertumbuhan laba masing-masing perusahaan. Karena jumlahnya sangat banyak maka kita menggunakan 10 saham berkapitalisasi terbesar. 10 saham ini menguasai sedikitnya 45% market cap IHSG, sehingga mayoritas gerakan naik turunnya index sangat dipengaruhi oleh fluktuatif 10 saham ini. So kita anggap 10 saham ini bisa mewakili dalam hal melihat kinerja pertumbuhan laba bersih.


Dari data yang penulis ambil dari Indo Premier (diolah), didapat rata-rata pertumbuhan laba bersih dalam 5 tahun terakhir sekitar 31.5% merupakan hal yang sangat luar biasa. Di karenakan cukup sulit sebuah perusahaan yang bisa konsisten mendapat laba setinggi itu maka kita gunakan angka 15% sebagai penengah sekaligus acuan.

3. Menghitung Nilai Wajar

Setelah mendapat profil IHSG, kita coba  mendapat angka BI rate dari situs Bank Indonesia sebesar 7.5% dan Risk Premium 12.88% yang bisa anda download di sini, kemudian asukkan ke rumus perhitungan fair value. Sehingga mendapatkan valuasi seperti dibawah ini:


Sumber rumus: www.teguhhidayat.com (diolah)

Dengan asumsi bahwa IHSG ini adalah emiten yang tidak membagi dividen maka kolom dividen kita kosongkan. Di dapat Fair Value 6,196 rupiah atau memiliki Margin of Safety sebesar 20.45% dari harga nya saat ini (sebuah angka yang sangat menarik), dan jika kita lihat 5 tahun kedepan dengan menggunakan asumsi pertumbuhan optimis sebesar 15% maka 2019 IHSG menembus angka 10.000!! ya tidak main-main.

Penulis tidak mengatakan ini adalah harga yang murah atau mahal, apakah dari angka ini menjamin bahwa IHSG masih akan terus naik ataukah akan mengalami koreksi. Yang bisa penulis katakan ialah koreksi akan tetap terjadi untuk menyeimbangkan dengan fundamental ekonomi.

Lalu apakah saya harus optimis ataukah bagaimana baiknya dengan angka tersebut? Untuk melihat tingkat optimis ataukah pesimistis, mari kita lihat tabel pertumbuhan berikut:

  

Gambar pertama menunjukkan angka Gross Domestic Product Indonesia mengalami penurunan sejak 2012 dan hanya mengalami kenaikan ketika triwulan 1 2014, sehingga harap penurunan ini dipandang sebagai tingkat resiko dalam memutuskan. Yang penulis rasakan ialah penurunan ini MUNGKIN disebabkan oleh faktor fundamental politik, di saat Presiden SBY berada di ujung masanya secara psikologis care terhadap ekonomi mulai berkurang dan lebih banyak memperbaiki sistem yang sudah ada ketimbang mengambil kebijakan ekonomi yang progresif.

Sedangkan gambar kedua menunjukkan GDP mengalami peningkatan (secara rupiah) diimbangi oleh kenaikan IHSG secara simultan. Yang artinya IHSG selalu mengekor kemana arah fundamental ekonomi kita bergerak, walaupun dalam perjalanannya banyak juga terdapat gap antara IHSG dengan GDP namun hanya sekali (atau jarang) hingga mencapai perbedaan 50% yang hanya terjadi pada 2009-2010. Selebihnya GDP dan IHSG selalu berjalan beriringan.

So, antara gambar pertama dan kedua yang bisa kita ambil adalah bahwa sisi fundamental ekonomi Indonesia tetap berjalan tanpa issue dan gangguan yang berarti, Indonesia tinggal memoles dengan berbagai cara diantaranya penghematan anggaran, optimalisasi sektor dalam negeri, menarik banyak Investor dan realisasi hutang. Gangguan yang ada praktis adalah kondisi politik kita sendiri yang belum juga stabil. Sedangkan untuk jangka pendek hingga menengah akan ada beberapa koreksi terkait bahwa pasar akan menunggu apakah penurunan angka GDP ini masih akan terus berlanjut ataukah bisa di benahi di era pak Jokowi nanti, yang lagi - lagi secara psikologis akan lebih berani mengambil langkah-langkah progresif untuk fundamental ekonomi di awal masa pemerintahan.

Karena yang disebut terakhir ini mengatakan bahwa target peningkatan perekonomian Indonesia di tahun 2014 dan seterusnya akan mencapai 7%, angka yang cukup optimis namun realistis. Tinggal pembuktian yang harus kita cermati dan lihat nanti. 

Jadi, dengan optimisme presiden terpilih yang cukup bersemangat itu, apa lagi yang kita tunggu?? Do but Keep Beware.

Disclaimer on

Salam Invest!

0 komentar to “IHSG saat ini, wajarkah?”

Posting Komentar