11 Agu 2014

Portfolio Saham Juli 2014

,

Srimaya Investment merupakan sebuah sarana pengelolaan dana Investasi yang kami mulai bentuk pada 2013, bertujuan kedepannya sebagai Manajemen Investasi  yang hanya fokus pada Investasi Saham. Sembilan bulan yang tergolong singkat untuk ukuran sebuah portfolio, masih belajar merangkak adalah ungkapan yang tepat untuk menggapai kiprah nya sebagai perusahaan partnership Investasi yang mumpuni di Indonesia.

Penting sekali pada tulisan pertama ini untuk mengedepankan penjelasan pendekatan yang digunakan Srimaya Investment untuk memilih sebuah saham perusahaan, karena sangat bersiko jika seorang partnership yang bergabung hanya tahu suatu saham perusahaan dipilih karena 'harga sahamnya sedang naik', 'trend bullish', 'blue-chip' dan berbagai istilah lazim lainnya sehingga terkadang tidak melihat 'nilai' yang nyata dari perusahaan tersebut.

Kami mengedepankan sebuah metode konservatif, mirip dengan apa yang dilakukan Warren Buffet, Benjamin Graham, Peter Lynch, Lo Keng Hong, Teguh Hidayat ataupun Parahita. Yup, sebuah pendekatan Fundamental untuk menyaring perusahaan yang kami anggap baik dan berpotensi di antararatusan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan juga dengan sebuah pendekatan sederhana dari sebuah 'Nilai Jual'. Sesuatu yang akan kami bahas kemudian.

Fundamental

Mungkin banyak dari kita sudah mengetahui bahwa pendekatan Fundamental adalah pendekatan yang sangat fokus terhadap kinerja dan laporan keuangan emiten, mencermati perbandingan keuntungan nilai per saham dengan harga saham (PER), Perbandingan nilai buku dengan harga saham (PBV), rasio hutang (DER), kinerja laba rugi, kinerja aset dan juga  persentase laba bersih dengan ekuitas (ROE) yang telah sangat banyak di bahas di berbagai blog dan seminar. Sehingga memberi gambaran yang jelas bukan hanya terhadap nilai saham, tetapi juga nilai bisnis perusahaan tersebut.

Satu hal  tambahan, Kami juga menggunakan analysis teknikal untuk mengetahui pola pergerakan saham sehingga menunjang keyakinan kami  terhadap timing. Tapi, bukan berarti analisi teknikal kami gunakan kapan keluar dan kapan masuk dengan seenaknya. Sekali lagi, kami bukan traders, kami ialah Investor yang membeli perusahaan, bukan hanya membeli saham.

Gambaran umum kinerja

Quartal 1

Awal mula investasi secara partnership di Srimaya Investment kami lakukan dengan pembagian portfolio yang jelas dengan dua pembagian kategori: 70% saham kategori  value dan 30% saham kategori umum / blue-chip (growth). Hasilnya ialah kenaikan sebesar 9.00% dalam kurun waktu 3.5 bulan. Hampir saja mengalahkan kenaikan IHSG 10% di periode yang sama. Berikut tabel portfolio Quartal 1.


Tabel 1. Portfolio Quartal 1



Tabel 2. Pembagian kategori 


Tabel 3. Pembagian Portfolio per Sektor Bisnis Q1

Quartal 2 dan Kinerja kedepan

Namun kondisi di Quartal 1 tidak tercermin pada Quartal 2, kami akui terdapat ketidaksabaran terhadap pengambilan keputusan pada Juni 2014 yang mengakibatkan penjualan (profit taking) beberapa saham yang memang saat itu mengalami kenaikan yang drastis diantaranya BRI, Wijaya Karya dan Lippo Grup dari kategori growth dan Wintermar Offshore, Multipolar dan Tiga Pilar Sejahtera di kategori value, sehingga terkesan konsep fundamental di atas menjadi  tidak berguna dan mengakibatkan portfolio saat ini bernilai minus 0.11%, dibanding IHSG yang melonjak amat tajam 5% dari 3 bulan pertama saat kami mulai menjual. Apalagi issue yang baik akibat terpilihnya presiden baru RI yang sesuai dengan harapan pasar.


Tabel 4. Portfolio Quartal 2 - saat ini

Mulai bulan ini - Agustus 2014, kami mulai fokus untuk mencari saham-saham berfundamental baik, memiliki kinerja yang selalu berkembang, tidak pernah putus dalam melakukan corporate action, dan lebih baik lagi jika perusahaan kategori tersebut adalah perusahaan yang sahamnya sedang undervalue alias murah dibawah nilai intrinsiknya. Untuk itu kami memutuskan untuk sedikit menambah pembagian kategori growth menjadi 60-40. Dengan harapan kami bisa mendapatkan saham-saham tersebut ketika kondisi pasar bearish sesuai beberapa pengamatan yang terjadi dimana kondisi IHSG yang saat ini sudah demikian menukik ke atas (start to bubble)

Untuk itu, langkah pertama kami mengurangi kepemilikan di saham saham energi terutama batubara, revenue yang tinggi di Quartal 1 hanya terdapat pada Wintermar Offshore, itupun karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan transportasi, memiliki cukup banyak armada yang memadai sehingga bisa mengurangi beban biaya penyewaan. Untuk yang lain, cukup beresiko untuk berinvestasi pada saat sekarang ini apalagi tergolong perusahaan operator batubara. 


Tabel 5. Pembagian Portfolio berdasarkan Q2

Yang kedua, beberapa perusahaan blue-chip dengan kapitalisasi pasar besar khususnya BUMN akan menjadi alokasi terbesar kami seiring optimisme pasar terhadap Presiden terpilih yang telah terbukti memberikan beberapa kali market jump dengan beberapa pernyataannya. Untuk itu perusahaan - perusahaan tersebut memberi harapan akan memberikan capital gain tinggi ketika pasar naik namun jangan dilupakan, bahwa jenis perusahaan ini juga bisa memberikan dampak resiko yang tinggi ketika pasar turun.

Yang ketiga adalah mencermati beberapa saham jenis value. Karena perusahaan jenis ini memiliki hal yang sangat menarik, walaupun kapitalisasi pasar perusahaan jenis ini  mungkin terbilang biasa saja, namun perusahaan tersebut mampu untuk mencetak laba di setiap periode, terus meningkat dan juga terkadang memberikan imbal bagi hasil / dividen yield yang diatas 3%. Bahkan seorang fund manager yang rajin dan teliti mampu menemukan  perusahaan jenis ini yang dapat memberikan Return of Equity rata-rata tahunan diatas 20%, sama bahkan lebih dari perusahaan blue-chip. Disamping itu perusahaan jenis seperti ini ‘tahan’ banting terhadap imbas yang terjadi akibat kejatuhan pasar.

Tipe eksentrik dari saham jenis ini adalah waktu, sangat dibutuhkan kesabaran dalam waktu 2 hingga 5 tahun kedepan sebagai realisasi keuntungan yang optimal dan kami sendiri tidak berharap untuk memperoleh kinerja yang lebih baik dari  IHSG ataupun Dow Jones dalam kurun waktu 1-2 tahun, tapi kami berharap untuk mendapatkan kinerja yang lebih baik saat kondisi pasar turun (resiko minimal) dan juga mendapatkan kinerja maksimal dalam waktu yang cukup panjang.

Target

Target kami yang utama adalah meminimalkan resiko dimana kami berharap hanya akan turun 0.5% untuk setiap 1% penurunan IHSG. Misalnya, jika IHSG mengalami penurunan 5% dan kami mengalami penurunan 2%, maka dari sisi resiko kami menilai portfolio kami cukup berhasil. Tujuan selanjutnya sudah jelas ialah mendapatkan revenue yang signifikan atau memiliki istilah beat the market. Mungkin dalam jangka waktu pendek portfolio kami hanya akan naik 0.5% untuk setiap 1% kenaikan IHSG, tapi secara kumulatif jangka panjang (2-5 tahun kedepan) harapan kami kenaikan 20-40% adalah suatu hal yang realistis.

Table gambaran kasar terhadap Investasi target 5 tahun kedepan:
Year
IHSG
Cumm
 K&P 
Cumm
1
10%
8%
2
-8%
2%
-6%
2%
3
8%
10%
8%
10%
4
15%
25%
15%
25%
5
-7%
18%
-5%
20%

Gambaran di atas mungkin terlalu subyektif dalam menilai pasar dimana secara fundamental penurunan signifikan sangat jarang terjadi kecuali terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di dalam sebuah Negara. Di Indonesia sendiri, siklus penurunan IHSG secara dalam terjadi dalam kurun waktu 10 tahun. Pertama terjadi pada tahun 1998 dan berikutnya pada tahun 2008, namun tetap prediksi terhadap kondisi penurunan tersebut merupakan hal mutlak untuk diperhitungkan dalam pengelolaan portfolio.

Kedepannya, kami akan selalu berusaha meng-update gambaran umum kondisi pasar modal terkini dengan kegiatan investasi kami pada setiap kuartal.

Salam
Penulis

Note: Srimaya Investment merupakan perubahan nama dari Kusumo & Partners karena usulan keluarga untuk membentuk sebuah wadah investasi yang lebih profesional dan tergabung di dalam Srimaya Segoro Artho. 



0 komentar to “Portfolio Saham Juli 2014 ”

Posting Komentar