Srimaya Investment merupakan sebuah sarana pengelolaan dana Investasi yang kami mulai
bentuk pada 2013, bertujuan kedepannya sebagai Manajemen
Investasi yang hanya fokus pada Investasi Saham. Sembilan bulan yang
tergolong singkat untuk ukuran sebuah portfolio, masih belajar merangkak adalah
ungkapan yang tepat untuk menggapai kiprah nya sebagai perusahaan partnership
Investasi yang mumpuni di Indonesia.
Penting sekali pada
tulisan pertama ini untuk mengedepankan penjelasan pendekatan yang digunakan Srimaya Investment untuk memilih sebuah saham perusahaan, karena sangat bersiko jika
seorang partnership yang bergabung hanya tahu suatu saham perusahaan dipilih
karena 'harga sahamnya sedang naik', 'trend bullish', 'blue-chip' dan berbagai
istilah lazim lainnya sehingga terkadang tidak melihat 'nilai' yang nyata dari
perusahaan tersebut.
Kami mengedepankan
sebuah metode konservatif, mirip dengan apa yang dilakukan Warren Buffet,
Benjamin Graham, Peter Lynch, Lo Keng Hong, Teguh Hidayat ataupun Parahita.
Yup, sebuah pendekatan Fundamental untuk menyaring perusahaan yang kami anggap
baik dan berpotensi di antararatusan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan juga dengan sebuah pendekatan sederhana dari sebuah
'Nilai Jual'. Sesuatu yang akan kami bahas kemudian.
Fundamental
Mungkin banyak dari kita
sudah mengetahui bahwa pendekatan Fundamental adalah pendekatan yang sangat
fokus terhadap kinerja dan laporan keuangan emiten, mencermati perbandingan
keuntungan nilai per saham dengan harga saham (PER), Perbandingan nilai buku
dengan harga saham (PBV), rasio hutang (DER), kinerja laba rugi, kinerja aset
dan juga persentase laba bersih dengan ekuitas (ROE) yang telah sangat
banyak di bahas di berbagai blog dan seminar. Sehingga memberi gambaran yang
jelas bukan hanya terhadap nilai saham, tetapi juga nilai bisnis perusahaan
tersebut.
Satu hal tambahan,
Kami juga menggunakan analysis teknikal untuk mengetahui pola pergerakan saham
sehingga menunjang keyakinan kami terhadap timing. Tapi, bukan berarti
analisi teknikal kami gunakan kapan keluar dan kapan masuk dengan seenaknya. Sekali
lagi, kami bukan traders, kami ialah Investor yang membeli perusahaan, bukan
hanya membeli saham.
Gambaran umum kinerja
Quartal 1
Awal mula investasi
secara partnership di Srimaya Investment kami lakukan dengan pembagian portfolio yang
jelas dengan dua pembagian kategori: 70% saham kategori value dan 30% saham kategori umum / blue-chip
(growth). Hasilnya ialah kenaikan sebesar
9.00% dalam kurun waktu 3.5 bulan. Hampir saja mengalahkan kenaikan IHSG 10% di
periode yang sama. Berikut tabel portfolio Quartal 1.
Tabel 2. Pembagian kategori
Tabel 3. Pembagian Portfolio per Sektor Bisnis Q1
Quartal 2 dan Kinerja kedepan
Namun kondisi di Quartal
1 tidak tercermin pada Quartal 2, kami akui terdapat ketidaksabaran terhadap
pengambilan keputusan pada Juni 2014 yang mengakibatkan penjualan (profit
taking) beberapa saham yang memang saat itu mengalami kenaikan yang
drastis diantaranya BRI, Wijaya Karya dan Lippo Grup dari kategori growth dan
Wintermar Offshore, Multipolar dan Tiga Pilar Sejahtera di kategori value,
sehingga terkesan konsep fundamental di atas menjadi tidak berguna dan
mengakibatkan portfolio saat ini bernilai minus 0.11%, dibanding IHSG yang
melonjak amat tajam 5% dari 3 bulan pertama saat kami mulai menjual. Apalagi
issue yang baik akibat terpilihnya presiden baru RI yang sesuai dengan harapan
pasar.
Tabel 4. Portfolio Quartal 2 - saat ini
Mulai bulan ini -
Agustus 2014, kami mulai fokus untuk mencari saham-saham berfundamental baik,
memiliki kinerja yang selalu berkembang, tidak pernah putus dalam
melakukan corporate action, dan lebih baik lagi jika perusahaan kategori tersebut
adalah perusahaan yang sahamnya sedang undervalue alias murah
dibawah nilai intrinsiknya. Untuk itu kami memutuskan untuk sedikit menambah
pembagian kategori growth menjadi 60-40. Dengan harapan kami
bisa mendapatkan saham-saham tersebut ketika kondisi pasar bearish sesuai
beberapa pengamatan yang terjadi dimana kondisi IHSG yang saat ini sudah
demikian menukik ke atas (start to bubble)
Untuk itu, langkah
pertama kami mengurangi kepemilikan di saham saham energi terutama batubara,
revenue yang tinggi di Quartal 1 hanya terdapat pada Wintermar Offshore, itupun
karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan transportasi, memiliki cukup banyak
armada yang memadai sehingga bisa mengurangi beban biaya penyewaan. Untuk yang
lain, cukup beresiko untuk berinvestasi pada saat sekarang ini apalagi
tergolong perusahaan operator batubara.
Tabel 5. Pembagian Portfolio berdasarkan Q2
Yang kedua, beberapa
perusahaan blue-chip dengan kapitalisasi pasar besar khususnya
BUMN akan menjadi alokasi terbesar kami seiring optimisme pasar terhadap
Presiden terpilih yang telah terbukti memberikan beberapa kali market
jump dengan beberapa pernyataannya. Untuk itu perusahaan - perusahaan
tersebut memberi harapan akan memberikan capital gain tinggi ketika pasar naik
namun jangan dilupakan, bahwa jenis perusahaan ini juga bisa memberikan dampak
resiko yang tinggi ketika pasar turun.
Yang ketiga adalah mencermati beberapa saham jenis value. Karena
perusahaan jenis ini memiliki hal yang sangat menarik, walaupun kapitalisasi
pasar perusahaan jenis ini mungkin terbilang biasa saja, namun perusahaan
tersebut mampu untuk mencetak laba di setiap periode, terus meningkat dan juga
terkadang memberikan imbal bagi hasil / dividen yield yang diatas 3%. Bahkan
seorang fund manager yang rajin dan teliti mampu menemukan perusahaan
jenis ini yang dapat memberikan Return of Equity rata-rata tahunan diatas 20%,
sama bahkan lebih dari perusahaan blue-chip. Disamping itu perusahaan jenis
seperti ini ‘tahan’ banting terhadap imbas yang terjadi akibat kejatuhan pasar.
Tipe eksentrik dari
saham jenis ini adalah waktu, sangat dibutuhkan kesabaran dalam waktu 2 hingga
5 tahun kedepan sebagai realisasi keuntungan yang optimal dan kami sendiri
tidak berharap untuk memperoleh kinerja yang lebih baik dari IHSG ataupun
Dow Jones dalam kurun waktu 1-2 tahun, tapi kami berharap untuk mendapatkan
kinerja yang lebih baik saat kondisi pasar turun (resiko minimal) dan juga
mendapatkan kinerja maksimal dalam waktu yang cukup panjang.
Target
Target kami yang utama adalah meminimalkan resiko dimana kami berharap
hanya akan turun 0.5% untuk setiap 1% penurunan IHSG. Misalnya, jika IHSG
mengalami penurunan 5% dan kami mengalami penurunan 2%, maka dari sisi resiko
kami menilai portfolio kami cukup berhasil. Tujuan selanjutnya sudah jelas
ialah mendapatkan revenue yang signifikan atau memiliki istilah beat
the market. Mungkin dalam jangka waktu pendek portfolio kami hanya akan
naik 0.5% untuk setiap 1% kenaikan IHSG, tapi secara kumulatif jangka panjang
(2-5 tahun kedepan) harapan kami kenaikan 20-40% adalah suatu hal yang
realistis.
Table gambaran kasar
terhadap Investasi target 5 tahun kedepan:
Year
|
IHSG
|
Cumm
|
K&P
|
Cumm
|
|||||
1
|
10%
|
8%
|
|||||||
2
|
-8%
|
2%
|
-6%
|
2%
|
|||||
3
|
8%
|
10%
|
8%
|
10%
|
|||||
4
|
15%
|
25%
|
15%
|
25%
|
|||||
5
|
-7%
|
18%
|
-5%
|
20%
|
Gambaran di atas mungkin
terlalu subyektif dalam menilai pasar dimana secara fundamental penurunan
signifikan sangat jarang terjadi kecuali terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
di dalam sebuah Negara. Di Indonesia sendiri, siklus penurunan IHSG secara dalam
terjadi dalam kurun waktu 10 tahun. Pertama terjadi pada tahun 1998 dan
berikutnya pada tahun 2008, namun tetap prediksi terhadap kondisi penurunan
tersebut merupakan hal mutlak untuk diperhitungkan dalam pengelolaan portfolio.
Kedepannya, kami akan selalu
berusaha meng-update gambaran umum kondisi pasar modal terkini dengan kegiatan
investasi kami pada setiap kuartal.
Salam
Penulis
Penulis
Note: Srimaya Investment merupakan perubahan nama dari Kusumo & Partners karena usulan keluarga untuk membentuk sebuah wadah investasi yang lebih profesional dan tergabung di dalam Srimaya Segoro Artho.