17 Mei 2015

Mengenal strategi DCA, VCA dan Lumpsum - Backtest

,
Dari anda pasti sudah ada yang mengenal strategi investasi dengan DCA, VCA ataupun Lumpsum. Dimana strategi investasi ini sangat populer dan powerfull dala jangka panjang dan karena toh sebetulnya sudah banyak di website, seminar ataupun website yang menjelaskan. Tetapi karena cukup lumayan banyak kawan yang bertanya tentang model nyata dari strategi ini, maka bolehkah saya bahas lebih detail di blog.

DCA atau Dollar Cost Averaging adalah metode investasi dengan cara mencicil setiap bulan kedalam instrument investasi dengan jumlah uang yang sama. Ini sebetulnya sama dengan anda membeli asuransi karena jumlah uang yang keluarkan sama setiap bulannya (kecuali anda punya dana lebih) apapun kondisi pasar yang terjadi. Keunggulannya:
  1. Strategi ini sangat cocok buat anda yang bekerja sebagai karyawan dan enggak punya waktu untuk memantau portfolio.
  2. Lebih aman dari resiko volatilitas market
Sedangkan kekurangannya:
  1. Strategi ini sebetulnya sia-sia jika anda lakukan sendiri (cari dan beli saham dari broker), lebih baik anda letakkan di reksadana dan top up setiap bulannya. Daripada anda pusing-pusing mencari dan memilih saham.
  2. Gain yang dihasilkan berkategori 'aman-aman' saja.
  3. Dividen kecil
Saham yang cocok untuk strategi ini ialah:
Saham kualitas Beringin: UNVR, BBRI, ICBP, TLKM, ASII, BMRI

VCA atau Value Cost Averaging sebetulnya hampir sama dengan DCA, tapi anda melakukan penambahan jumlah uang ketika pasar sedang jatuh / downtrend atau sama juga dengan sistem averaging down. Jumlah uang yang anda tambah biasanya bervariasi, namun dari beberapa kawan yang memakai strategi ini, mereka rata-rata menambah 3-10 kali porsi awal.
  • Contoh: Investasi perbulan anda 2 juta rupiah. Jika saham xxxx turun 2% pada bulan ke-1, maka bulan ke-2 anda menambah dana 2 juta + (3x2%x10x 2 juta) = 3.2 juta, bulan berikutnya saham xxxx turun lagi 3% (kumulatif 5%), maka dana yang anda setor pada bulan ke-2 2 juta + (3x5%x10x 2 juta) = 5 juta. 
Anda bisa mengganti angka 3 dengan berapapun sesuai kemampuan anda (angka 10 hanya sebagai pengali), tapi pastikan bahwa semakin turun saham, anda menyetor dengan lebih banyak dana.

Keunggulan strategi ini:
  1. Potensi gain anda lebih besar dalam jangka panjang
  2. Cocok untuk karyawan yang punya minat dalam investasi saham
  3. Dividen lebih besar
Kekurangannya:
  1. Total dana yang anda masukkan lebih besar dari pada DCA
  2. Resiko volatilitas market
  3. Harus teliti perusahaan : valuasi dan strategi fundamental sebelum membeli sahamnya
Saham yang cocok: saham LQ45, saham Kompas100 atau saham Srimaya Investa

Lumpsum adalah strategi dimana investor menaruh dana sekali dalam jumlah besar ketika pasar sedang jatuh dan (biasanya) sudah menyentuh titik bottom. Strategi ini disebut real investor strategy, yang memang menaruh dananya untuk diakumulasi dalam jangka panjang. Strategi ini disebut juga kontantrian.

Jumlah dana? biasanya tak terhitung, Banyak pemakai strategi ini yang kemudian menjadi pemegang saham pengendali, cth: Warren Buffet, Sandiaga Uno. Atau berpengaruh dalam politik  seperti Gita Wirjawan ataupun menjadi milyuner seperti Lo Kheng Hong

Apakah investor retail bisa? tentu saja bisa, yang anda butuhkan hanya dua: Timing dan perusahaan yang bagus. Dana yang dibutuhkan tidak perlu milyaran atau trilyunan, anda bisa mulai dari 50-100 juta (kalau dibawah itu lebih baik anda memakai VCA), lakukan valuasi saham terbaik dan masuk ketika kondisi market sedang downtrend (jargon sell in may berbalik menjadi buy in may). Dan tunggulah dalam jangka waktu 2-5 tahun.
Keunggulan strategi ini:
  1. Potensi gain tak terbatas
  2. Dividen besar
Kekurangannya:
  1. Valuasi saham sangat ketat
  2. Dibutuhkan keyakinan dan informasi yang kuat
  3. Dana yang dibutuhkan besar
  4. Resiko tinggi
Saya coba melakukan back-testing terhadap ketiga strategi ini mengacu kepada pola IHSG dengan dividen yang di-investasikan kembali, interest rate 5.25% dan biaya admin 0.25% buy, biaya investasi perbulan 2.5 juta rupiah, kecuali Lumpsum dengan jumlah 2.5 juta x 120 bulan = 300 juta rupiah di awal. Investasi pertama dilakukan pada 2 May 2005 hingga 2 May 2015 (10 tahun).

Gain dihitung bukan dari perubahan harga saham, namun dari total dana yang sudah anda investasikan berbanding hasil investasi kumulatif selama 10 tahun
Kesimpulan dari grafik diatas:
  1. Lumpsum strategi memiliki tingkat gain yang tertinggi, namun membutuhkan kesabaran. Investor akan aktif ketika memilih saham, dan pasif setelah membeli.
  2. VCA sebagai jembatan antara Lumpsum yang berduit dengan DCA sebagai investor retail, sehingga investor diminta sebagai investor aktif untuk memantau. Seringkali strategi ini merubah investor jangka panjang menjadi semi-trader.
  3. Tingkat kestabilan tertinggi dimiliki oleh DCA, sangat cocok untuk investor pasif dengan pemasukan perbulan dan penambahan dana sesuka hati.
Untuk memprediksi berapa dana anda di tahun ke-10 dengan 3 metode diatas, anda bisa memasukkan dana investasi yang anda rencanakan, harga saham yang akan dibeli dan metode yang dipilih dengan worksheet yang tersedia. Silahkan download file excelnya disini

Salam Investasi

5 komentar:

  1. Pak, klo dilihat DCA mirip dgn deposito atw reksadana ya pak, malah lbih tinggi reksadana..gaji saya perbulan 4 jt, strategi dn saham apa yg sbaiknya sy beli?

    BalasHapus
    Balasan
    1. DCA saja pak, 500 rb per bulan jg sudah bisa

      Hapus
  2. Mungkin bisa detail untuk saham apa yg dipilih, karena tingkat untungnya beda2 tiap saham
    Terima ksih

    BalasHapus
  3. Saya kira selama ini dari perubahan harga saham, memang benar tanpa menghitung modal yg kita kluarkan maka perhitungan menjadi rancu, trima kasih pak

    BalasHapus
  4. Thanks spreadsheetnya pak, membantu sekali untuk saya menghitung return, saya Andi Wiwoho

    BalasHapus