27 Mei 2015

Magic Formula untuk Memilih Saham Ramadhan

,
Memasuki bulan puasa atau Ramadhan yang kurang dari satu bulan lagi di Indonesia selalu terjadi yang namanya euforia. Ada dua euforia yang membuat sendi perekonomian Indonesia bergerak berkali-kali lipat: Pertama; euforia pulang kampung menjelang lebaran yang mungkin tidak perlu lagi dijelaskan penyebab dan efeknya. Kedua; euforia konsumsi, dibanding pulang kampung, ternyata euforia ini 6x lebih besar efeknya dikarenakan;
  1. Terjadi satu bulan penuh mengikuti jadwal puasa hingga lebaran.
  2. Adanya pembagian Tunjangan Hari Raya yang bukan hanya diperuntukan bagi umat muslim, tetapi juga bagi non-muslim. Sehingga terjadi peningkatan konsumsi secara masive untuk semua kalangan. Sekedar catatan, pendapatan orang Indonesia jika di rata-rata meningkat 2.5 kali lipat hanya dalam waktu satu bulan, sedangkan konsumsi orang Indonesia, termasuk bbm dan elpiji meningkat rata-rata 52% juga dalam satu bulan. 
Bisa dibayangkan betapa besar aliran uang yang berputar di meja perdagangan negeri ini, dari mulai makanan enak, pakaian baru, hp baru, mobil baru, motor baru, dsb. Dari data 2014 yang paling besar persentase kenaikannya adalah penjualan pakaian, makanan dan hp (smartphone).

Dari atas bisa disimpulkan bahwa saham sektor retail adalah saham paling potensial pada saat menjelang dan selama bulan puasa. So, sangat menarik untuk di ikuti saham retail apa saja yang terkait bulan ramadhan ini agar kita sebagai investor bisa berinvestasi dengan momerntum yang tepat pada perusahaan yang potensial. Untuk itu saya memakai pendekatan magic formula untuk mendeteksi mana perusahaan yang memiliki kinerja yang layak.

Sekilas Magic Formula 

Magic Formula adalah formula seleksi saham yang dikenalkan oleh Joel Greenblatt dengan pendekatan Return on Capital dan Earning Yield. Return on Capital adalah rasio yang cukup powerfull dalam melihat efektifitas perusahaan dalam mengelola aset dan modal kerjanya hingga menjadi laba (dalam hal ini digunakan EBIT - laba sebelum pajak). Sedangkan Earning Yield adalah tolak ukur seberapa hebat perusahaan dalam mengelola ekuitas dan hutangnya (disebut juga enterprise value) hingga menjadi laba (EBIT). 

Untuk referensi pendetailan tentang Magic Formula bisa anda lihat disini 

Mengapa Magic Formula?

Ada beberapa alasan mengapa menggunakan magic formula:
  1. Magic Formula cocok digunakan untuk membandingkan perusahaan dengan sektor sejenis dengan tipe yang sama karena memakai sistem ranking.
  2. Menggunakan ROC dan Earning Yield yang cocok untuk perusahaan jenis retail, karena perusahaan retail cenderung menggunakan modal kerja dan hutangnya secara cepat untuk perputaran bisnisnya yang continues.
  3. Fluktuatif rendah, sehingga cenderung lebih mudah diprediksi.
Seleksi awal dilakukan dengan menyaring perusahaan retail yang memiliki kapitalisasi pasar di atas 1 trilyun rupiah, dan berikut hasilnya:


SymbolEBIT (TTM) (B)Enterprise Value (TTM) (B)Earning Yield (TTM)Return on Capital (TTM)EY RankROC RankEY+ROC RankMagic Formula Rank
MIDI279.663,163 8.84%24.15%3471
GLOB142.351,721 8.27%24.62%5382
CSAP233.722,426 9.63%21.89%2793
ACES701.8911,490 6.11%27.11%82104
ERAA474.133,812 12.44%14.61%110115
LPPF2095.8450,824 4.12%211.17%111126
TELE594.378,755 6.79%22.77%76137
TRIO1023.7014,731 6.95%17.62%69158
ECII87.921,019 8.63%4.76%413179
MPPA740.9420,250 3.66%23.73%1351810
AMRT1169.5328,630 4.08%21.54%1282011
RALS252.174,993 5.05%7.02%9122112
MAPI519.9812,464 4.17%10.77%10112112
Data source: www.stockbit.com

Sebagai penjelasan mari kita ambil contoh ekstrim. Pertama, adalah ERAA (Erajaya) diperingkat 5, walaupun muncul dari sektor retail telekomunikasi, ERAA tampaknya sangat baik dalam pengelolaan ekuitas dan hutang sehingga DER dibawah 1 dan earning yield diatas 10%, namun kalah jauh dalam hal pengelolaan aset dan modal kerja. Berbeda dengan LPPF (Matahari) diperingkat 6 yang lebih banyak menggunakan hutang sebagai modal kerja sehingga earning yield hanya 4.12% (DER lebih dari 1) namun sangat sukses memaksimalkan penggunaan aset.

Sedangkan juara dan runner-up adalah MIDI (Alfamidi) dan GLOB (Global Teleshop), karena kedua perusahaan itu memiliki kemampuan yang lebih seimbang antara pengelolaan aset, modal kerja dan juga hutangnya.

Bagaimana dengan ACES? meskipun DER dibawah 1, namun karena laba yang dihasilkan termasuk tidak maksimal (menurun) sehingga earning yield-nya pun kurang maksimal dan hanya mendapat peringkat 8 dari 13 perusahaan. 

Untuk memaksimalkan metode magic formula ini, anda harus gabungkan dengan melihat laju operating margin perusahaan, sehingga anda bisa lebih akurat memprediksi arah dan perkembangan bisnis.

Salam Investasi  

3 komentar:

  1. Mantab hu, boleh jadiin referensi nih. Tambah bagus klo ada bahas sahamnya juga :)
    -Rendy-

    BalasHapus
  2. Pak, apakah hanya sekedar ROC bisa melihat kondisi riil perusahaan? kadang2 aset berkurang krn adanya pengalihan aset, tetapi laba tetap bertumbuh sehingga ROC mnjdi sangat besar

    BalasHapus
  3. Mungkin tidak langsung terasa ya efeknya, namun butuh waktu sebulanan, btw nice artikel

    BalasHapus