23 Jan 2015

Think First, Shoot Later!

,
Investasi saham merupakan kegiatan yang unik dan menarik, karena bukan hanya tentang angka tapi lebih dari itu, emosional dan mental justru terkadang lebih terlihat ketimbang angka itu sendiri.

Saya cukup sering membaca blog ini yang isinya terkesan 'serius' dalam soal investasi saham, meskipun tak jarang juga saham yang dibahas memang 'nendang' dan cukup responsif. Tapi bolehlah satu tulisan ini mencoba untuk rehat sejenak dari angka-angka yang njelimet untuk melihat sisi 'lain' namun nyata di dalam bursa saham. - toh IHSG sedang ijo royo

Saya tergelitik dari sebuah gambar kartun duitto.com ini

Sumber: Kontan Images

Apa yang digambarkan oleh kartun tersebut adalah kondisi nyata yang banyak sekali dialami oleh kita, para pelaku jual-beli saham di Indonesia. Mudah sekali - bahkan cenderung rapuh - termakan oleh isyu dan berita yang tidak ada kaitannya sama sekali.

Seperti gambar di atas, saya mengalaminya sendiri karena aktif sebagai kontributor salah satu grup saham di mail. Ketika salah satu media online membombardir berita financialnya dengan turunnya rating kredit Yunani ke tingkat default, yang berimpact pada turunnya nilai tukar Euro terhadap Dollar US. Apa yang terjadi? puluhan email masuk ke grup dan juga email pribadi saya yang isinya sama: Apa saya harus jual saham sekarang?

Terus terang saya gak tahu dan gak ngerti harus jawab apa, akhirnya sebagai syarat keaktifan saya pun berbalik tanya: Hari ini ibu / bapak masih berangkat kerja? Ada bakar-bakaran gak Sudirman? Beli ayam masih bisa di Carrefour?

Dan impactnya, saya justru di berondong balik dengan beragam email dan bbm berkonten negatif yang intinya saya tidak memiliki sense of crisis?! alias tidak peka terhadap krisis ekonomi dunia. Oke, bahkan pertanyaan saya yang paling mendasar diatas pun belum dijawab. But, lagi-lagi demi keaktifan, akhirnya saya menjawab bahwa hubungan ekonomi Indonesia-Yunani itu paling banter adalah kapas. Untuk krisis Eropa sendiri akhirnya saya 'kembali ke laptop' dan mengklik artikel update ekspor minyak sawit yang dilakukan oleh Astra Agro dan Lonsum. Memang ada angka yang menurun, tapi tidak signifikan alias siklus bisnis biasa. Apalagi Astra Agro dan Lonsum terus mengolah kelapa sawit untuk konsumsi dalam negeri yang grafiknya semakin meningkat. Ini mengindikasikan dua hal: Pertama: Mengurangi ketergantungan ekspor. Kedua: Ekonomi dalam negeri masih oke oke saja. 

Selesai dengan Sawit, saya terus lanjut dengan menelpon kawan-kawan yang bekerja di travel agent, lima di Indonesia, satu di Paris, satu di Inggris, dan satu di Swedia untuk mengecek bagaimana kondisi real ekonomi Eropa. Karena kami memiliki jargon: Europe is travelling, paling mudah mengecek tebal tidaknya kocek orang-orang Eropa dengan melihat travel agent. Dan hasilnya ternyata jumlah wisatawan Eropa ke Bali justru meningkat, ke Lombok malah 2xnya dari Bali. Bahkan yang ke Raja Ampat Papua ikut-ikutan meningkat. Padahal biaya travelling ke Raja Ampat bisa untuk biaya sekolah SLTP putri saya 6 bulan.

Yang lebih konyol adalah ketika saya telepon travel agent tersebut dan menanyakan kabar tentang krisis Yunani dan Eropa, karena terus terang, saya cukup terganggu dengan jumlah turis yang justru naik ketika berita krisis Yunani dan Eropa muncul. Jawabannya justru cukup memuakkan, 

"Hah, krisis? krisis apa ya? ini malah banyak bule yang lagi nanya-nanya promo tur Medan sama Manado, mereka kayaknya lagi bosen ke Bali-Lombok.."

Seketika perut saya mual ketika masih ada bbm yang menanyakan jual saham atau hold. Hey, orang eropanya aja santai-santai aja dan sekarang lagi sibuk lihat pamflet promo tur ke Medan dan Manado karena udah bosen ke Bali - Lombok. Dan kita disini masih aja keringet dingin mikirin Yunani yang gak tahu buntutnya ke Indonesia apa.

Contoh yang Baik

Contoh yang paling baik dan asyik ialah sang empunya blog ini. Hari ini, semua kawan sedang sibuk memilih saham apa yang akan naik berhubung IHSG lagi jackpot, telpon sana sini, baca broadcast dan blog saham teknikal untuk membandingkan saham A naik atau turun, begitu di hajar kanan eeeh malah turun, begitu di hajar kiri eeeh malah naik. 

Di tengah keriuhan, si empunya blog ini malah lagi liburan di Bandung dengan menginap di hotel yang aduhai. Beberapa foto maternity istrinya yang sedang hamil muncul di instagram yang di foto oleh dirinya sendiri. Liburan, melakukan hobi terus balik kerja lagi. Ritual yang menurut saya menjadi idaman hampir setiap orang. Walaupun di balik itu, kerja keras sangat dibutuhkan untuk memilih saham apa yang layak di koleksi sebagai Investasi.

Saya yakin, jika dia di telpon dan ditanya prospek IHSG di tengah rupiah yang terpuruk, jawabannya justru pertanyaan: "Kondisi riil masih bagus gak? Angkot masih ngetem gak? Paling yang gw tahu wakil ketua KPK yang ditangkep Polri".

Alangkah memuakkan jawaban itu, tapi memang itulah kenyataan. Kita terlalu sibuk melihat rumput tetangga yang mulai rontok karena tanahnya retak, tapi lupa bahwa rumput kita baru di tanam dan bahkan belum hijau, sedangkan air dan pupuk masih berlimpah di rumah kita.

Kenyataan dan sebagai pelajaran bagi kita semua, ketika krisis Yunani tersebut muncul, IHSG memang cukup drop dan banyak kawan yang melakukan cut ketika IHSG mengalami tekanan, alias sudah rugi. Dan karena memang fundamental Indonesia gak bermasalah, IHSG kembali terbang hingga saat ini. Konyolnya, banyak kawan yang tadinya cut justru buy back ketika IHSG sudah all time high. Alias untungnya menjadi tidak seberapa.

Kebalikan dengan para investor yang saya kenal, termasuk si empunya blog ini. Ketika IHSG drop karena isu Yunani dan Eropa, mereka malah melakukan banyak pembelian saham, salah satunya pembelian yang cukup besar terhadap saham properti dan bank. Setelah itu, mereka kembali sibuk pada kegiatan masing-masing dan kemudian: liburan

Think First Shoot Later!

So, think first shoot later! Jargon tersebut saya pikir menjadi sangat penting untuk bisa meminimalisir resiko. Jika anda didalam blog ini anda selalu menemukan kata-kata margin of safety sebagai kata-kata sakti dari Benjamin Graham. Maka saya ingin memasukkan unsur think sebagai tambahan safety terhadap resiko anda. Kita tidak bisa serta merta optimis ataupun pesimis ketika hanya sekali klik bloomberg atau membuka twitter. Kita perlu puluhan bahkan ratusan kali klik, bukan hanya bloomberg, tapi juga Kontak, Kompas, Financial Times dan perlu scroll berkali-kali Twitter, Line, dan bbm grup. Terpentingnya lagi jelas dengan melihat langsung dengan mata kepala anda sendiri bagaimana kondisi riil negara kita. Ini justru yang mayoritas Investor lakukan - simply is faultless

Ingat, itu uang anda. walapun di beberapa seminar dan blog yang saya ikuti bahwa gunakanlah 'uang dingin' alias uang yang nganggur untuk dipakai membeli saham. Tapi tetap saja that's your money dude!, you ain't earn the money easily.  Bagaimana anda bisa menyebut uang itu dingin, seakan-akan anda membeli saham seperti anda membeli kacang rebus, yang kalau dapet busuk langsung dibuang. 

Bagaimana cara pandang kita terhadap uang, itulah cara pandang kita terhadap bisnis dan saham.

Thanks to empunya blog
Salam Investasi

14 komentar:

  1. Mantab tulisannya bro..btw kenapa si empunya blog di bawa-bawa? hahaha

    BalasHapus
  2. Waaini, si empunya nongol..pengen aah liburan bareng si empu hahahaha -CL-

    BalasHapus
  3. Apakah benar slalu optimis, boleh aja cm skrg ktika pembiayaan bank semakin lama smakin tinggi dgn kata lain hutang masyarakat smakin bertumpuk, bukankah itu indikasi bubble? Bubble is a sign to going to crash

    BalasHapus
    Balasan
    1. Good pak reza, beberapa memang mngatakan demikian. Tapi jgn lupa, tingkat daya beli masyarakat pun meningkat drastis..bisa dibuktikan dgn tingkat resiko kredit 4 bank besar di indo: bca,mandiri,bri, bni yg masih dalam taraf sangat aman. So mgkin hrus dihitung ulang rasio antara tingkat pembiayaan bank alias utang, daya beli dan resiko bank itu sndiri sblum kita mengarah kpd kata2 bubble

      Hapus
    2. Boleh juga kapan-kapan kita bahas indikator bubble, berkaca pada black monday 1929

      Hapus
  4. Btw, selamat atas kehamilan istrinya hehe

    BalasHapus
  5. Gapapa lah bro bawa2 si empunya..abis gmn lagi,shoot yg benerannya gagal meluluuu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Shootnya gitu gitu mulu..gak niat ah wkwkwk, shoot semen aja dulu blm kelar2

      Hapus
  6. Lot of laugh i read it, but truly your mention about thats your money dude..why you so rude clifsy

    BalasHapus
  7. YUP<Setuju sekali..,kalau saya seh.,malah masuk ADMF ( Adira Finance ).

    BalasHapus
    Balasan
    1. boleh sharing pak, apa indikatornya masuk ADMF?

      Hapus