5 Nov 2014

Di Balik Peluang Saham MAIN (Malindo Feed Mill)

,
Jika kita mengamati perdagangan bursa efek dalam 5 hari terakhir ini, maka akan kita dapati ada tiga saham favorit yang jatuh cukup dalam, pertama adalah CPIN, JPFA dan MAIN. Yang disebut terakhir adalah yang paling dalam jatuhnya, dari 3245 rupiah /lembar, dalam 4 hari menjadi 2225 rupiah /lembar atau turun sebanyak 31,43%.

MAIN atau Malindo Feed Mill termasuk saham blue-chip yang cukup lama bertengger di jajaran chart LQ 45. Bukan hanya pergerakan nya yang cukup aktif dan volatile, namun juga di topang oleh kinerjanya yang tidak bisa di bilang biasa-biasa saja. Lalu mengapa terjadi penurunan sebesar itu dalam waktu singkat? Jawabannya adalah Fundamental

Saham MAIN anjlok di akibatkan penilaian pasar pada anjloknya laba MAIN pada kuartal 3 2014 ini yang hampir mencapai 90%. Kita buka laporan keuangannya dan lihat pada baris laba komprehensif periode berjalan, disitu tertera laba pada September 2013 sebesar Rp 242 milyar dan menjadi hanya Rp 18 milyar pada September 2014. EPS anjlok dari Rp 143 per lembar menjadi hanya Rp 11 per lembar saham, hampir tidak ada artinya. 

Lalu, apa artinya ini? beberapa email masuk menanyakan apakah saat ini saatnya masuk ke saham MAIN atau masih tunggu sinyal. Apapun itu, kembali penulis tekankan bahwa pembelian saham harus memiliki dasar yang jelas, contratrian strategy bukan hanya fokus pada saham yang sedang anjlok, tapi lebih dari itu yaitu fokus pada fundamental. Tidak semua saham yang anjlok layak untuk di koleksi.

MAIN merupakan salah satu emiten besar di Indonesia yang bidang usaha utamanya ialah memproduksi pakan ternak disamping juga penjualan ayam pedaging, makanan olahan dan lain-lain. ROE MAIN tercatat memiliki rata-rata dalam 6 tahun terakhir sebesar 39,24% yang sebagian besar tingginya nilai disumbang dari kinerjanya pada tahun 2009 hingga 2012, di tahun 2013 ROE MAIN menurun menjadi 28% karena disebabkan juga menurunnya laba bersih. Jika dilihat secara rata-rata maka MAIN adalah emiten yang memiliki kinerja cukup bagus. 

Masalahnya yang terjadi adalah 70% dari pembelian bahan baku pakan ternak adalah import. Tercatat MAIN memiliki kontrak jangka panjang dengan Cargill International, salah satu perusahaan pengimpor bungkil jagung dan bungkil kedelai yang digunakan sebagai bahan baku pakan ternak dan di produksi dari AS, Amerika Latin, India, China dan Thailand, dampaknya jelas yaitu beban pokok penjualan (COGS) dari MAIN menjadi sangat fluktuatif terhadap perubahan nilai tukar dollar terhadap rupiah. Sebagaimana kita tahu bahwa di 2014 ini rupiah telah melemah menyentuh titik Rp 12.205 per US dollar, walaupun sempat menguat namun fluktuatifnya sudah terlanjur berdampak signifikan. Hasilnya, beban pokok penjualan meningkat 22% dengan penyumbang terbesar ialah kenaikan biaya pembelian yang meningkat 31.20% dan biaya operasi yang meningkat drastis hampir 60%.

Dampak signifikan dari penurunan laba ini ialah nilai PER yang menjadi sangat tidak masuk akal, PER MAIN menjadi 163x per hari ini (11/5/2014) dan dengan nilai wajar sebesar Rp. 490 / lembar. Artinya Margin of Safety MAIN menjadi -78% alias jauh kemahalan. 

Sebetulnya sinyal penurunan laba MAIN ini bisa di telisik dari mulai kuartal 1, selain labanya yang tercatat turun, juga tercatat meningkatnya hutang jangka panjang hampir mencapai 2x nya dari 2013. Salah satu sinyal warning bagi investor untuk keluar dari saham ialah meningkatnya hutang (lancar maupun panjang) yang tidak di imbangi oleh kenaikan laba bersih.

Meningkatnya pinjaman jangka pendek maupun panjang MAIN ini tidak dijelaskan secara rinci penggunaanya, hanya secara umum tertulis digunakan untuk belanja modal, investasi dan pembayaran ke supplier. MAIN bukan hanya melakukan dalam bentuk rupiah, namun juga dalam bentuk dolar. Inilah mengapa net working capital  MAIN juga tidak dalam posisi yang baik alias negatif meskipun rasio lancar tetap bisa terjaga di angka 1.12 (ini di sebabkan MAIN memiliki aset lancar yang cukup besar).

Lebih jauh lagi, MAIN memiliki kas operasi yang negatif!, dan seperti dijelaskan di atas bahwa kenaikan beban terbesar adalah dari beban biaya operasi yang meningkat hampir 60%. So, jangan berharap MAIN memiliki free cash flow yang positif, kecuali pihak management MAIN berani mengalokasikan sebagian aset lancar nya untuk menutupi angka negatif ini. 

Satu-satunya yang positif ialah angka Altman Z-Score, karena dengan kondisi menurun seperti ini perlu di analisa lebih jauh apakah MAIN bisa bertahan dari kebangkrutan. Dan ternyata nilai Altman Z-Score MAIN adalah sebesar 3.33, jauh melebihi bayangan penulis sebelumnya. Hal ini dikarenakan MAIN memiliki aset lancar yang cukup besar di topang oleh persediaan yang besar dan juga nilai ekuitas yang cukup mumpuni.

Hal lainnya ialah angka persediaan yang cukup besar yaitu sebesar 695 milyar. Penulis sendiri khawatir dengan angka persediaan yang sebesar itu jangan-jangan produk MAIN tidak cukup laku, atau menurun di pasaran, karena untuk pakan ternaknya sendiri waktu yang dibutuhkan untuk penyimpanan cukup 3 minggu. Lebih dari itu dikhawatirkan akan kadaluarsa dan tidak baik bagi ternak, sumber : INFOVET      

Ya akhir kata, untuk saat ini belum alasan bagi penulis untuk mulai masuk ke MAIN, walapun MAIN perusahaan yang cukup solid, namun untuk saat ini sulit bagi MAIN bahkan untuk sekedar melunasi hutang-hutang nya yang semakin membesar.

Namun, bagi anda yang berprofesi trader turunnya saham MAIN ini boleh dianggap sebagai kesempatan, karena toh lambat laun saham yang anjlok pasti akan mengalami rebound apalagi MAIN memiliki volatilitas saham yang baik. Mudah-mudahan di kuartal berikutnya atau di akhir tahun MAIN bisa menunjukkan kinerja fundamental yang lebih baik.

Salam Investasi


0 komentar to “Di Balik Peluang Saham MAIN (Malindo Feed Mill) ”

Posting Komentar